Malang (Antaranews Jatim) - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menghadirkan dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi tiga negara untuk membangun komunikasi antarbudaya guna mewujudkan konsep kelas internasional.

Tiga mahasiswa asing dari tiga perguruan tinggi berbeda itu dihadirkan sebagai pembicara dalam "Intercultural Communication and Practices in Indonesia, Poland, India, and Ukraine" dalam rangka Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM di kampus setempat, Rabu.

Ketiga mahasiswa dari Polandia, India dan Ukraina itu memberikan paparan tentang pentingnya komunikasi antarbudaya untuk dapat membangun kegiatan ekonomi, politik, dan sosial di tengah kemajuan teknologi dunia.

Daria Goriacheva, mahasiswa asing asal The National University of "Kyiv-Mohyla Academy" Ukraina, mengatakan saat ini komunikasi antarbudaya sudah dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah keberadaan sosial media.

Ia memaparkan tentang fenomena "post-truth" yang menunjukkan di mana keadaan dan fakta secara objektif tidak lagi terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding dengan emosi dan keyakinan pribadi.

"Post-truth seperti yang telah kita ketahui merupakan fenomena yang sering menciptakan kesalahpahaman dalam berkomunikasi di tengah masyarakat," katanya.

Pada kesempatan itu, Daria juga menerangkan tentang bagaimana penggunaan metafora dalam sebuah informasi yang disampaikan dapat mempengaruhi kualitas komunikasi tersebut. "Dalam hal ini kita harus berhati-hati dalam memanfaatkan `metaphore` dalam berkomunikasi," ujarnya.

Selain Daria, Maria Anna Ochwat, di acara tersebut UMM juga menghadirkan dosen program internship asing asal WSB University in Poznan Polandia. Maria berhasil menarik perhatian dengan mengajak hadirin untuk datang ke Polandia. "Pada presentasi ini saya akan mengajak anda untuk datang ke Polandia," katanya.

Maria mengemukakan ajakannya itu menandakan bahwa orang Polandia adalah orang yang bangga dengan negara mereka. Perilaku ini disebutnya sebagai stereotype, yakni penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi, di mana orang itu dapat dikategorikan. Stereotype penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

"Mengetahui dan memahami stereotype tiap negara bisa membantu kita untuk menghindari hal-hal konyol dan mengganggu dalam berkomunikasi," ucapnya.

Sementara itu, pada dua sesi selanjutnya tampil Priya Rani Bhagat mahasisa asing asal Manipal University and University of Evora India dan Widya Yutanti dosen ilmu komunikasi UMM menerangkan tentang bagaimana kebudayaan dan stereotype yang dimiliki oleh India dan Indonesia.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018