Surabaya (Antaranews Jatim) - Organisasi nirlaba di bidang kemanusian Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyalurkan bantuan sebanyak 2.000 ton beras dari masyarakat Indonesia untuk warga Palestina, yang diberangkatkan melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

"Ini adalah pengiriman bantuan kemanusiaan tahap pertama dari masyarakat Indonesia untuk Palestina," ujar Presiden ACT Ahyudin kepada wartawan di sela melepas keberangkatan di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Rabu.

Dia mengatakan, sebelum menghimpun bantuan untuk diberangkatkan ke Palestina, relawan ACT telah diterjunkan ke lokasi untuk mensurvei segala sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat Palestina.

"Hasil survei oleh relawan kami, masyarakat Palestina membutuhkan sedikitnya 10 ribu ton beras," katanya.

ACT kemudian menghimpun bantuan dari seluruh masyarakt Indonesia sejak awal Februari.

Ahyudin mengatakan, 2.000 ton bantuan tahap awal yang diberangkatkan melalui Pelabuhan Tanjung Perak ini berasal dari masyarakat di sejumlah kabupaten wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di antranya adalah Bojonegoro, Ponorogo, Ngawi, Sragen, Purwodadi, Rembang, dan Blora.

"Pengumpulan beras kami lakukan sejak panen raya pada awal Februari lalu," ujarnya.

Selanjutnya, dia menandaskan, secara bertahap akan mengirim 8.000 ton beras, untuk melengkapi 10 ribu ton beras yang dibutuhkan masyarakat Palestina.

"Nanti setelah ini akan kami berangkatkan secara bertahap dari lima pelabuhan, mulai dari Medan sampai Kalimantan," ucapnya.

Pemberangkatan bantuan beras ini bekerja sama dengan perusahaan pelayaran PT Samudera Indonesia, yang diperkirakan akan sampai di Palestina paling lambat selama 40 hari.

"Rutenya, perjalanan laut akan berlabuh di sebuah pelabuhan di Israel. Setelah itu kami bekerja sama dengan sebuah perusahaan di Israel untuk mengirimkan bantuan ini melalui jalur kereta api menuju ke Palestina. Seluruh perjalanannya kami perkirakan tiba di lokasi selama 40 hari," katanya. (*)

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018