Sampang (Antaranews Jatim) - Budayawan Madura D Zawawi Imron menyatakan, kasus penganiayaan yang menimpa guru SMA Negeri 1 Torjun Ahmad Budi Tjahyanto oleh muridnya sendiri HI hingga meninggal dunia, merupakan tragedi kemanusiaan yang sangat tragis.
"Dinilai dari sudut kemanusiaan kasus guru Budi ini adalah kasus yang sangat tragis dalam pandangan adat budaya Madura," kata Budayawan Nasional asal Sumenep, saat takziah ke rumah almarhum Ahmad Budi Tjahyanto di Sampang, Madura, Selasa.
Pendapat budayawan Madura yang dikenal dengan sebutan "Si Celurit Emas" ini, mengacu kepada adat budaya orang Madura yang sangat menghormati guru.
Pepatah "bapha, babhu, guru, ratho" (bapak, ibu, guru dan raja/pemimpin), lanjutnya, menjadi pegangan dan falsafah hidup orang Madura dalam hal keataan dan penghormatan.
Sehingga kasus penganiayaan pada guru seni rupa di SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura yang dilakukan oleh siswanya sendiri berinisial HI pada guru Ahmad Budi Tjahyanto hingga meninggal dunia pada 1 Februari 2018 itu merupakan tragedi yang dinilai sangat tragis.
Saat di rumah duka, Zawawi juga melihat lukisan karya almarhum berjudul "Kembali Kepada Allah".
"Saya melihat Pak Budi ini seniman bibit unggul asal Kabupaten Sampang ini," ujar Zawawi.
Bisa jadi, sambung dia, guru Budi merupakan seniman yang berasal dari Kabupaten Sampang untuk Indonesia nantinya, apabila ia tidak ditakdirkan meninggal dunia terlebih dahulu.
Penganiayaan berujung maut terhadap guru seni rupa Ahmad Budi Thajyanto itu dilakukan seorang murid SMAN 1 Torjun, HI.
Peristiwa itu terjadi Kamis (1/2/2018) sekitar pukul 13.00 WIB. Korban guru seni rupa mengisi pelajaran melukis di halaman luar depan kelas XII.
Saat kegiatan belajar berlangsung, pelaku tak menggubris dan menggangu teman lainnya. Korban menegur pelaku agar mengerjakan tugas seperti temannya yang lain.
Namun teguran itu tetap tidak dihiraukan pelaku. Korban kemudian menggoreskan cat ke pipi pelaku.
Pelaku tidak terima dan mengeluarkan kalimat tidak sopan. Karena tidak sopan, korban memukul pelaku dengan kertas absen.
Pukulan itu ditangkis pelaku dan langsung menghantam mengenai pelipis kanan korban. Akibatnya, korban tersungkur ke tanah dan berusaha dilerai siswa lain.
Usai kejadian itu seluruh siswa masuk kelas. Di dalam kelas, pelaku sempat meminta maaf kepada korban disaksikan murid-murid yang lain.?
Setelah pelajaran usai, korban dan pelaku pulang ke rumahnya masing-masing. Korban masih sempat bercerita kepada kepala sekolah tentang kejadian pemukulan yang dilakukan muridnya.?
Setiba di rumah, korban langsung istirahat karena mengeluh pusing dan sakit kepala. Sekitar pukul 15.00, korban dibawa ke Puskesmas Jrengik, Kabupaten Sampang. Karena pihak Puskesmas tidak mampu menangani, korban kemudian dirujuk ke rumah sakit Kabupaten Sampang. Korban kembali dirujuk ke rumah sakit DR Soetomo, Surabaya.
Pihak rumah sakit kemudian menangani korban dan korban dinyatakan mengalami mati batang otak (MBO), yang menyebabkan seluruh organ tubuhnya tidak berfungsi.
Sekitar pukul 21.40, korban dinyatakan meninggal dunia. Korban kemudian langsung dibawa pulang dari RS. Dr. Soetomo Surabaya ke rumah duka di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong Kota di Sampang. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Dinilai dari sudut kemanusiaan kasus guru Budi ini adalah kasus yang sangat tragis dalam pandangan adat budaya Madura," kata Budayawan Nasional asal Sumenep, saat takziah ke rumah almarhum Ahmad Budi Tjahyanto di Sampang, Madura, Selasa.
Pendapat budayawan Madura yang dikenal dengan sebutan "Si Celurit Emas" ini, mengacu kepada adat budaya orang Madura yang sangat menghormati guru.
Pepatah "bapha, babhu, guru, ratho" (bapak, ibu, guru dan raja/pemimpin), lanjutnya, menjadi pegangan dan falsafah hidup orang Madura dalam hal keataan dan penghormatan.
Sehingga kasus penganiayaan pada guru seni rupa di SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura yang dilakukan oleh siswanya sendiri berinisial HI pada guru Ahmad Budi Tjahyanto hingga meninggal dunia pada 1 Februari 2018 itu merupakan tragedi yang dinilai sangat tragis.
Saat di rumah duka, Zawawi juga melihat lukisan karya almarhum berjudul "Kembali Kepada Allah".
"Saya melihat Pak Budi ini seniman bibit unggul asal Kabupaten Sampang ini," ujar Zawawi.
Bisa jadi, sambung dia, guru Budi merupakan seniman yang berasal dari Kabupaten Sampang untuk Indonesia nantinya, apabila ia tidak ditakdirkan meninggal dunia terlebih dahulu.
Penganiayaan berujung maut terhadap guru seni rupa Ahmad Budi Thajyanto itu dilakukan seorang murid SMAN 1 Torjun, HI.
Peristiwa itu terjadi Kamis (1/2/2018) sekitar pukul 13.00 WIB. Korban guru seni rupa mengisi pelajaran melukis di halaman luar depan kelas XII.
Saat kegiatan belajar berlangsung, pelaku tak menggubris dan menggangu teman lainnya. Korban menegur pelaku agar mengerjakan tugas seperti temannya yang lain.
Namun teguran itu tetap tidak dihiraukan pelaku. Korban kemudian menggoreskan cat ke pipi pelaku.
Pelaku tidak terima dan mengeluarkan kalimat tidak sopan. Karena tidak sopan, korban memukul pelaku dengan kertas absen.
Pukulan itu ditangkis pelaku dan langsung menghantam mengenai pelipis kanan korban. Akibatnya, korban tersungkur ke tanah dan berusaha dilerai siswa lain.
Usai kejadian itu seluruh siswa masuk kelas. Di dalam kelas, pelaku sempat meminta maaf kepada korban disaksikan murid-murid yang lain.?
Setelah pelajaran usai, korban dan pelaku pulang ke rumahnya masing-masing. Korban masih sempat bercerita kepada kepala sekolah tentang kejadian pemukulan yang dilakukan muridnya.?
Setiba di rumah, korban langsung istirahat karena mengeluh pusing dan sakit kepala. Sekitar pukul 15.00, korban dibawa ke Puskesmas Jrengik, Kabupaten Sampang. Karena pihak Puskesmas tidak mampu menangani, korban kemudian dirujuk ke rumah sakit Kabupaten Sampang. Korban kembali dirujuk ke rumah sakit DR Soetomo, Surabaya.
Pihak rumah sakit kemudian menangani korban dan korban dinyatakan mengalami mati batang otak (MBO), yang menyebabkan seluruh organ tubuhnya tidak berfungsi.
Sekitar pukul 21.40, korban dinyatakan meninggal dunia. Korban kemudian langsung dibawa pulang dari RS. Dr. Soetomo Surabaya ke rumah duka di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong Kota di Sampang. (*)
Video Oleh Abdul Aziz
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018