Malang (Antaranews Jatim) - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mengucurkan dana khusus dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk memfasilitasi pembiayaan kesehatan warga miskin (gakin) di daerah itu selama 2018 sebesar Rp20 miliar.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang Wasto, Rabu mengemukakan ada dua skema untuk memfasilitasi pembiayaan kesehatan gakin tersebut, yakni melalui program Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Surat Pernyataan Miskin (SPM).

"Kalau PBI ini merupakan bantuan dalam bentuk pembayaran premi dari APBD kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sedangkan SPM dikelola oleh Dinas Kesehatan yang pencairannya ketika ada warga yang menggunakan SPM dan pembayarannya langsung kepada lembaga kesehatan (rumah sakit, klinik)," katanya di Malang, Jawa Timur.

Dana sebesar Rp20 miliar itu, lanjutnya, untuk program PBI sebesar Rp10,8 miliar dan untuk SPM sebesar Rp9,9 miliar. Anggaran untuk PBI dialokasikan bagi 28 ribu jiwa.

"Kami tidak hanya mengucurkan dana untuk PBI maupun SPM, kami juga ada program pencegahan penyakit dan kesehatan lingkungan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif menambahkan tahun ini ada sejumlah program untuk pencegahan penyakit menular. Program ini untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan warga Kota Malang.

Salah satu program yang kini sedang digencarkan adalah Outbreak Response Immunization (ORI) difteri yang akan dilakukan tiga kali selama kurun waktu 2018, yakni tahap pertama bulan Februari, lalu Maret, dan terakhir September.

Ia mengemukakan sasaran ORI difteri mencapai 262.406 jiwa dengan rentang usia mulai 1 tahun hingga 19 tahun. "Selain ORI difteri, kami juga terus berupaya meminimalisasi angka demam berdarah dengan berbagai cara, di antaranya mengaktifkan kembali para pemantau jentik (jumantik).

Di Kota Malang, lanjutnya, ada salah satu rukun warga (RW) di Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, menjadi percontohan. Dengan adanya peran serta dan dihidupkannya kembali para jumantik tersebut, angka penderita demam berdarah terus berkurang.

"Harapan kami, setiap tahun angka penderita demam berdarah ini menurun. Tahun 2017, jumlah kasus demam berdarah lebih sedikit dibandingkan 2016. Pada 2017 jumlah kasus demam berdarah mencapai 103 kasus, sementara 2016 ada 474 kasus atau turun cukup signifikan," tuturnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018