Situbondo (Antaranews Jatim) - Sekretari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Situbondo, Sentot Sugiyono mengemukakan kebutuhan telur ayam buras di Kota Santri itu masih cukup tinggi dan selama ini mengandalkan pasokan telur dari luar daerah.
"Tingginya kebutuhan telur ayam buras, sebenarnya bisa ditangkap para peternak ayam petelur, namun sayangnya sejauh ini produksi telur di Kabupaten Situbondo tak mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal," katanya di Situbondo, Jawa Timur, Selasa.
Mengingat produksi telur ayam buras peternak di Kabupaten Situbondo, lanjut dia, hanya bisa memenuhi sekitar lima persen dari kebutuhan pasar lokal, sehingga telur ayam ras terpaksa didatangkan dari luar daerah.
Menurutnya, pedagang di Situbondo sejauh ini banyak disuplai dari produsen telur ayam dari luar daerah seperti dari Kabupaten Blitar dan Kediri. Dan oleh karena itu besarnya kebutuhan pasar lokal yang cukup tinggi, bisa menjadi peluang bagi peternak lokal mengembangkan usaha ayam telur buras.
"Selain telur ayam buras, ada beberapa kebutuhan bahan pokok lainnya di Situbondo yang juga masih mengandalkan suplai dari luar daerah, seperti kedelai dan ketan," katanya.
Ia menyebutkan, untuk kedelai sudah ada rencana akan dikembangkan di Kabupaten Situbondo dan saat ini pemerintah daerah hanya tinggal memotivasi para petani agar mau menanam kedelai.
Sedangkan untuk tanaman padi ketan, Menurut Kepala Bagian Perekonomian Pemkab Situbondo itu, tidak semua lahan pertanian di Situbondo bisa menanam tanaman ketan karena sangat rawan serangan hama wereng.
"Selama ini pemenuhan ketan di Situbondo masih disuplai dari luar kota seperti Kabupaten Banyuwangi dan Lumajang," paparnya.
Sentot menambahkan, Tim Pengandali Inflasi Daerah Kabupaten Situbondo telah melakukan pertemuan lintas kabupaten dan salah satu kesepakatannya yaitu akan saling memenuhi kebutuhan sembako di daerah masing-masing untuk menekan inflasi.
"Ada enam kabupaten yang sudah melakukan kerja sama, yaitu Kabupaten Situbondo, Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Probolinggo dan Kabupaten Lumajang," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Tingginya kebutuhan telur ayam buras, sebenarnya bisa ditangkap para peternak ayam petelur, namun sayangnya sejauh ini produksi telur di Kabupaten Situbondo tak mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal," katanya di Situbondo, Jawa Timur, Selasa.
Mengingat produksi telur ayam buras peternak di Kabupaten Situbondo, lanjut dia, hanya bisa memenuhi sekitar lima persen dari kebutuhan pasar lokal, sehingga telur ayam ras terpaksa didatangkan dari luar daerah.
Menurutnya, pedagang di Situbondo sejauh ini banyak disuplai dari produsen telur ayam dari luar daerah seperti dari Kabupaten Blitar dan Kediri. Dan oleh karena itu besarnya kebutuhan pasar lokal yang cukup tinggi, bisa menjadi peluang bagi peternak lokal mengembangkan usaha ayam telur buras.
"Selain telur ayam buras, ada beberapa kebutuhan bahan pokok lainnya di Situbondo yang juga masih mengandalkan suplai dari luar daerah, seperti kedelai dan ketan," katanya.
Ia menyebutkan, untuk kedelai sudah ada rencana akan dikembangkan di Kabupaten Situbondo dan saat ini pemerintah daerah hanya tinggal memotivasi para petani agar mau menanam kedelai.
Sedangkan untuk tanaman padi ketan, Menurut Kepala Bagian Perekonomian Pemkab Situbondo itu, tidak semua lahan pertanian di Situbondo bisa menanam tanaman ketan karena sangat rawan serangan hama wereng.
"Selama ini pemenuhan ketan di Situbondo masih disuplai dari luar kota seperti Kabupaten Banyuwangi dan Lumajang," paparnya.
Sentot menambahkan, Tim Pengandali Inflasi Daerah Kabupaten Situbondo telah melakukan pertemuan lintas kabupaten dan salah satu kesepakatannya yaitu akan saling memenuhi kebutuhan sembako di daerah masing-masing untuk menekan inflasi.
"Ada enam kabupaten yang sudah melakukan kerja sama, yaitu Kabupaten Situbondo, Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Probolinggo dan Kabupaten Lumajang," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018