Magetan (Antara Jatim) – Perajin kulit di Magetan Jawa Timur merasakan produksi penyamakan kulit turun hingga sekitar 50 persen akibat cuaca sering mendung dan hujan sehingga proses pengeringan kulit tidak bisa maksimal.

Salah seorang perajin penyamakan kulit di Desa Ringinagung, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Sugeng, Minggu mengatakan kondisi udara yang lembab sangat berpengaruh pada saat proses penyamakan karena proses pengeringan kulit tidak bisa maksimal.

“Biasanya dalam seminggu bisa melakukan pemrosesan hingga dua kali. Namun dengan cuaca sering hujan dan udara lembab seperti ini, dalam seminggu hanya bisa memproses sekali. Bahkan terkadang untuk menyelesaikan satu kali proses penyamakan butuh waktu hingga sepuluh hari,” ujar Sugeng.

Dia menyebutkan pada musim kemarau, industri rumahan penyamakan kulit itu bisa bekerja normal dengan menghasilkan 220 lembar kulit perminggu. Sedangkan sekarang rata-rata menghasilkan 110 lembar.

“Pada musim kemarau, kita melakukan penyamakan kulit hingga dua kali dalam seminggu. Sehingga bisa menyelesaikan 220 lembar. Pada musim penghujan dengan udara lembab seperti ini waktu tujuh hingga sepuluh hari kita hanya untuk menyelesaikan 110 lembar kulit,” katanya.

Bahkan, lanjut Sugeng pernah dalam beberapa hari industri kulit tersebut sama sekali tidak bisa melakukan proses penyamakan.

“Bila hujan terus menerus dan udara lembab, kami tidak bisa memaksakan proses penyamakan. Karena bisa menimbulkan jamur, sehingga kulit yang dihasilkan tidak bisa mengkilap,” ucapnya.

Sugeng menambahkan, kulit hasil penyamakan dijual ke pabrik sepatu pantofel di Magetan dengan harga Rp14.500 per ‘feet’. Dengan perkiraan rata-rata 20 ‘feet’ perlembar, maka setiap lembar kulit bahan sepatu tersebut menghasilkan Rp290.000.


Pewarta: Siswowidodo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017