Malang (Antara Jatim) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof Muhadjir Effendy membuka gelaran Malang Tempoe Doeloe (MTD) di kawasan Jalan Ijen Kota Malang dengan agenda memarut kelapa secara serentak bersama seluruh pejabat setempat, Minggu.

Mendikbud bersama Wali Kota Malang Moch Anton, Kapolres Malang Kota AKBP Hoiruddin Hasibuan,  Ketua DPRD Kota Malang Abdul Hakim, serta sejumlah anggota dewan dan pejabat di lingkungan organisasi perangkat daerah (OPD) Kota Malang, memarut kelapa bersama sebagai penanda dibukanya MTD 2017.

Dalam sambutannya, Mendikbud yang mengenakan seragam kebesaran Hizbul Wathon (kepramukaan di lingkungan sekolah Muhammadiyah) itu mengemukakan alasan mengenakan pakaian Hizbul Wathon tersebut. "Pada tahun 1947, di Malang ini pernah terjadi pertempuran sengit melawan Belanda. Para pelajar yang saat itu ikut berperang berguguran," katanya.

Oleh karena itu, katanya, jalan di kawasan Jalan Ijen itu yang dulu bernama Jalan Salak diganti menjadi Jalan Pahlawan TRIP yang merupakan singkatan dari Tentara Republik Indonesia Pelajar. Di antara para pelajar yang bertempur dan gugur tersebut, ada yang memakai seragam Hizbul Wahon seperti yang ia kenakan.

Mendikbud menyerukan agar anak muda diajak lebih giat menengok sejarah melalui festival semacam ini (MTD), dengan tujuan agar mereka dapat mengambil spirit perjuangan bangsa dan membangun karakter kebangsaan melalui napak tilas sejarah.

"Kota Pahlawan bukan hanya di Surabaya. Malang juga banyak menyimpan sejarah kepahlawanan. Pelajar-pelajar kita harus tahu hal ini," lanjut Mendikbud dengan menyebut nama Hamid Rusdi sebagai salah satu pahlawan dari Malang.

Ke depan, kata Mendikbud, MTD perlu terus diadakan secara rutin setiap tahun dan pihaknya akan memasukkannya sebagai agenda kebudayaan nasional di Kemendikbud.

Sementara itu, Wali Kota Malang Moch Anton menyampaikan ucapan terima kasihnya atas perhatian Mendikbud menyempatkan diri hadir di MTD. "Sebagai warga Kota Malang, bapak Mendikbud tidak akan lupa dengan kampung halamannya," ujarnya.

Dalam gelaran MTD 2017 setelah vakum selama enam tahun itu, penyelenggara mewajibkan pengunjung mengenakan pakaian zaman dulu (jadul) agar nuansa kuno tetap terjaga dan lingkungan MTD bebas dari PKL. Dan, stan yang mengikuti festival MTD dilombakan sebagai stan terbaik.

Sementara itu, pembukaan MTD yang diwarnai dengan memarut kelapa bersama itu bertema "Marut Klopo Dadi Opo". Panitia menyediakan sekitar 3.000 kelapa yang hasil parutannya digunakan sebagai bahan makanan ataupun minuman.

"Semua peserta mengikuti festival itu. Kemudian hasil parutan kelapanya diolah sehingga bisa dijajakan setelah diolah menjadi berbagai bahan makanan seperti zaman dulu," kata Dwi Cahyono, penyelenggara MTD sekaligus pemilik Yayasan Inggil.(*)


Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017