Probolinggo (Antara Jatim) - Kelompok Tani Maju Makmur 8 di Desa Guyangan, Kabupaten Probolinggo mengembangkan tanaman lada atau merica di areal lahan pertanian karena harga jual komoditas tersebut sangat menguntungkan.
Petugas pendamping dari Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Rudy Trisnadi, Jumat, mengatakan pihaknya bersama petugas penyuluh lapangan setempat membina kelompok tani Maju Makmur 8 untuk mengembangkan komoditas tanaman lada.
Menurutnya, tanaman lada sangat cocok ditanam di wilayah Kecamatan Krucil karena tanaman tersebut bisa hidup minimal di ketinggian 300 meter dari permukaan laut (mdpl) dan memiliki curah hujan sebanyak 3.000-5.000 mm per tahun.
"Bibit lada itu sebenarnya sudah ada sejak 7 tahun yang lalu di Pusat Perkebunan Ayerdingin Desa Kertosuko, kemudian petugas penyuluh lapangan dan beberapa petani mengawali untuk budi daya lada itu di Desa Guyangan. Alhamdulillah produksi setiap tahunnya seluas 3 hektare," tuturnya.
Hasil dari panen lada itu, lanjut dia, ternyata sangat menggiurkan karena lada kering dipatok dengan harga Rp125.000 hingga Rp150.000 per kilogram oleh tengkulak yang selalu siap menerima hasil panen petani setempat.
"Atas dasar itulah, akhirnya 25 orang anggota kelompok tani Maju Makmur 8 bersama-sama untuk mengembangkan tanaman lada melalui Program Petani Mandiri. Alhamdulillah mereka sangat antusias dengan program itu, dan dengan secara swadaya mereka membuat pembibitan lada di masing-masing halaman rumahnya," katanya.
Hingga kini, lanjut dia, seluas 20 hektare kebun warga mulai ditanami bibit lada dengan pola tanam tumpang sari pada kebun sengon, alpukat, nangka dan kopi yang dimiliki Kelompok Tani Maju Makmur 8 itu.
"Semoga pada tahun 2018 nanti Kecamatan Krucil akan menghasilkan lada yang cukup besar dan mudah-mudahan hal itu akan menambah penghasilan petani, sehingga mereka akan lebih mandiri ke depannya," ujarnya.
Sementara petugas penyuluh lapangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo Munali berharap gerakan budi daya menanam lada itu juga diikuti oleh petani lainnya karena komoditas itu merupakan tanaman merambat yang cukup mudah penanganannya.
"Selain itu, lada bisa ditumpang sari dengan tanaman lain yang sebelumnya sudah ada di kebun, seperti nangka, kopi, sengon dan alpukat sebagai media panjatan bagi tanaman lada yang sudah mulai tumbuh dan menjalar," ujarnya.
Ia mengatakan lada mulai bisa dipanen pada bulan September-Oktober setelah berumur 2 tahun, sehingga hal itu akan menambah pendapatan petani, selain dari pendapatan buah alpukat yang biasa dipanen pada bulan Desember-Januari, serta panen durian pada bulan Maret-Mei.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017