Jember (Antara Jatim) - Warga Desa Jambesari, Kabupaten Jember tidak pernah menyangka akan terjadi bencana longsor yang mengakibatkan tiga korban atau satu keluarga meninggal dunia akibat tertimbun  pada Senin (16/10) malam.

Satu keluarga yakni Saiful (27), istrinya Yana (25) yang sedang hamil empat bulan, dan anaknya Faris (5), warga Dusun Kedungliyer, Desa Jambesari, Kecamatan Sumberbaru harus meregang nyawa saat tanah  meluncur  ke rumahnya dengan cepat, sehingga ketiganya tidak sempat menyelamatkan diri.

Warga yang berada di sekitar perkebunan kopi dan sengon di dusun setempat pun terkejut dengan suara gemuruh yang terdengar dari kawasan kebun terasering yang tidak terlalu curam. Selama puluhan tahun, daerah tersebut aman-aman saja dari bencana longsor.

Seperti yang dituturkan Kusnawati yang juga bibi korban,  selama puluhan tahun tinggal di sana tidak pernah mengalami bencana tanah longsor, bahkan pihak perangkat desa juga tidak pernah menyampaikan bahwa tanah kebun yang dihuni warga tersebut berpotensi diterjang tanah longsor.

Selama ini warga yang berada di sekitar lokasi longsor juga tidak pernah membayangkan bencana yang begitu dahsyat tersebut menghancurkan satu rumah dan menimbun satu rumah beserta penghuninya.

Rumah Kusnawati tidak terlalu jauh dengan lokasi longsor, sehingga perempuan separuh baya itu mengaku masih trauma dengan bencana longsor yang merenggut nyawa keponakannya sekeluarga, bahkan saat peristwa tanah longsor terjadi, ia bersama keluarganya sempat berlari keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

Ia mendengar bunyi seperti batu jatuh yang cukup keras dan semakin lama semakin keras dan terlihat kayu-kayu berserakan, sehingga membuatnya bergegas keluar rumah menuju tempat yang aman karena khawatir terjadi sesuatu yang bisa membahayakan keselamatan keluarganya.

Tanpa disadari, rumah keponakannya tertimbun tanah dan rumah pamannya yang beraa di sekitar lokasi juga rusak berat dan tidak bisa ditempati lagi, namun keluarga pamannya yang terdiri dari tujuh orang dari dua kepala keluarga itu berhasil menyelamatkan diri.

Pamannya yang bernama Munari bersama tujuh orang di dalam rumah yang rusak berat akibat tertimpa longsor itu berhasil lari menyelamatkan diri saat tanah bergerak itu perlahan-lahan menimpa rumahnya.

"Saya masih takut berada di rumah kalau turun hujan karena rumah saya berdekatan dengan rumah paman Munari dan keponakan Saiful, sehingga kalau malam hari saya sekeluarga mengungsi ke rumah sanak saudara yang aman di dekat Balai Desa Jambesari," tuturnya.

Kusnawati bersama sejumlah warga yang berada di sekitar lokasi longsor mengaku tidak pernah mendapatkan informasi dari perangkat desa atau pihak yang berwenang terkait dengan ancaman bencana longsor karena selama puluhan tahun lokasi tersebut dinilai aman.

Hal senada juga disampaikan oleh Saiku yang juga paman korban seakan tidak percaya bencana longsor tersebut merenggut nyawa keponakannya yang masih muda tersebut dan menewaskan belasan ternak warga setempat yang dikandangkan di sekitar rumah korban.

Beberapa warga yang rumahnya berada di sekitar lokasi juga mengaku khawatir terjadi longsor susulan, sehingga ketika hujan deras mengguyur kawasan setempat, warga itu pun harus mengungsi ke sanak saudaranya.

Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) , TNI, Polri, SAR Organisasi Pecinta Alam dengan sigap dan cepat melakukan proses pencarian terhadap tiga korban yang dinyatakan hilang tersebut.

Pada hari pertama pencarian, Selasa (17/10), tim SAR gabungan hanya menggunakan alat manual seperti cangkul dan sekop untuk mencari korban yang tertimbun longsor cukup dalam, bahkan sempat terkendala dengan hujan yang masih mengguyur kawasan setempat.

Anggota Basarnas Jember Rudi Prahara mengatakan tim SAR gabungan sempat kesulitan untuk melakukan proses pencarian karena tumpukan tanah longsor yang cukup tebal dan luasan tanah yang longsor sangat lebar.

Proses pencarian juga dilakukan dengan menggunakan mobil pemadam kebakaran dengan menyemprot air ke lokasi longsor dan anjing pelacak K-9 milik Polda Jatim, namun pencarian hari pertama belum membuahkan hasil.

Kemudian hari berikutnya pada Rabu (18/10), pencarian lebih difokuskan pada hasil penciuman anjing pelacak dan denah rumah korban yang tertimbun lumpur dengan menggunakan alat berat eskavator.

Petugas mulai melihat titik terang keberadaan korban ketika salah satu anggota tubuh korban terlihat dan korban atas nama Faris (5) akhirnya ditemukan untuk pertama kalinya, kemudian pencarian dilakukan lagi dan menemukan korban kedua Saiful yang tidak jauh dari lokasi ditemukan korban pertama dan korban Yana.

Komandan Kodim 0824 Jember Letkol Inf Rudianto mengatakan pencarian korban dilakukan berdasarkan anjing pelacak dan lokasi rumah yang tertimbun bencana longsor dengan menggunakan empat zonasi, sehingga berdasarkan hasil evaluasi dapat ditentukan kemungkinan titik keberadaan korban.

Korban Syaiful ditemukan berjarak 10 meter dari rumah korban, kemudian 3 meter ke kanan ditemukan istrinya dan 3 meter ke timur anaknya ditemukan berdasarkan hasil evaluasi pada pencarian korban hari pertama.

Ketiga korban kemudian dievakuasi ke puskesmas terdekat dan dibersihkan untuk keperluan identifikasi aparat kepolisian, kemudian setelah proses identifikasi selesai, maka tiga jenazah diserahkan kepada keluarga korban dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Desa Jambesari.

Dengan ditemukan seluruh korban yang tertimbun, pihaknya menyatakan operasi pencarian korban dinyatakan selesai dan selanjutnya tahap rehabilitasi dan rekonstruksi daerah bencana longsor.

Waspadai Longsor Susulan
Setelah seluruh korban ditemukan dan operasi SAR ditutup, warga masih berharap cemas akan terjadi longsor susulan karena diprediksi curah hujan di Kabupaten Jember cukup tinggi selama beberapa pekan ke depan dan terdapat retakan di atas lokasi longsor.

Dandim 0824 Jember itu mengatakan perlu tindak lanjut untuk melakukan mitigasi bencana lokasi longsor di Desa Jambesari tersebut karena terlihat sejumlah retakan yang berada arah utara dari lokasi longsor.

TNI bersama BPBD Jember juga perlu melakukan langkah-langkah yang sinergi untuk mengantisipasi adanya longsor susulan yang dapat mengancam keselamatan beberapa warga yang masih menempati rumah di sekitar lokasi longsor.

Pelaksana tugas BPBD Jember Widi Prasetyo mengatakan curah hujan di Kabupaten Jember diprediksi cukup tinggi selama beberapa bulan ke depan berdasarkan prakiraan dari BMKG, sehingga bencana longsor dan banjir masih mengancam sejumlah wilayah setempat.

Menurutnya ada enam rumah yang terdekat dengan rumah korban yang harus diwaspadai dan diimbau warga setempat untuk mengungsi sementara karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan mengingat curah hujan diprediksi tinggi beberapa pekan ke depan.

Enam kepala keluarga itu diminta untuk tidak menempati rumah mereka sementara waktu sampai dinyatakan benar-benar aman karena lokasinya terancam diterjang longsor susulan ketika hujan deras mengguyur lereng Pegunungan Argopuro yang terjadi sewaktu-waktu.

Pihak BPBD Jember, lanjut dia, akan mencarikan solusi terbaik untuk beberapa rumah yang berada di sekitar lokasi longsor, namun warga diminta tetap waspada sambil menunggu upaya penanganan pascabencana tersebut.

Ia berharap masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaannya terhadap ancaman bahaya longsor dan memahami tanda-tanda alam akan terjadinya bencana longsor tersebut, sehingga dapat mengurangi korban jiwa.

Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang rawan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, puting beliung pada musim hujan, sehingga perlu kesiapsiagaan semua pihak dan masyarakat untuk selalu tanggap bencana.

Bencana banjir dan tanah longsor yang sering terjadi mungkin masih menjadi peringatan kepada manusia. Akan tetapi, perilaku manusia yang terus menerus tidak memihak kepada alam, merusak alam, bahkan semakin serakah melukai alam, tentu akan menjadi ancaman yang lebih dahsyat nantinya.

Potensi bencana alam ada di sekitar kita dan bencana alam dapat terjadi di mana pun dan kapan pun juga, sehingga mari bergandeng tangan untuk menjaga keseimbangan alam, agar terhindar dari kemurkaan alam akibat ulah manusia.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017