Jakarta, (Antara) - Presiden Joko Widodo menyatakan keyakinannya bahwa kualitas konstruksi karya tenaga kerja Indonesia bisa setara dengan konstruksi yang dihasilkan ahli konstruksi dari Jepang dan Jerman.
"Dengan adanya tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat, kita bisa mengejar ketertinggalan infrastruktur, juga meningkatkan kualitas konstruksi kita, Jepang Jerman bisa, mengapa kita tidak, saya yakin kita bisa," kata Presiden Jokowi ketika membuka percepatan sertifikasi tenaga kerja konstruksi di GBK Senayan Jakarta, Kamis.
Ia menyebutkan untuk dapat setara dengan konstruksi yang dihasilkan Jepang dan Jerman memang keterampilan SDM konstruksi harus ditingkatkan sehingga menghasilkan konstruksi berstandar internasional.
Presiden juga mengingatkan upaya peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi tidak berhenti pada sertifikasi saja. "Kualitas agar betul betul dijaga, dijaga terus menerus dan harus mampu adaptasi dengan kemajuan teknologi terutama bidang konstruksi," tuturnya.
Jokowi juga mengingatkan agar percepatan sertifikasi tidak dijadikan sebagai ajang jual beli sertifikat. "Tujuan sertifikasi adalah kualitas tenaga kerja dan mengikuti standar internasional," ucapnya.
Pada awal sambutannya Presiden menyebutkan sekarang ini Indoneaia berada pada era kompetisi global, antarnegara. Salah satu kunci memenangkan persaingan adalah pembangunan infrastruktur.
"Ini menjadi pondasi, mendasar sekali, kedua adalah pembangunan sumber daya manusia, jangan bermimpi bisa bersaing dengan negara lain dan memang lainnya kalau infrastruktur kita tertinggal," ujarnya.
Ia menyebutkan kondisi jalan tol Indonesia jika bandingkan dengan negara lain, jalur kereta api, pelabuhan maupun bandara, tertinggal dari negara lain. "Baru sekarang kita bangun terus, untuk mengejar ketertinggalan kita."
"Biaya transportasi kita dibanding Singapura dan Malaysia masih 2-2,5 kali lipat mahalnya karena infrastruktur belum baik, karena itu kita bekerja siang malam untuk menyelesaikan ini agar kita bisa bersaing dengan negara lain," tambahnya.
Menurut dia, untuk percepatan itu telah dibangun, misal, di Kalimantan ada 24 proyek, di Sulawesi ada 27 proyek, Maluku Papua 13 proyek, Sumatera 61 proyek dan tempat tempat lainnya.
"Kita harus kerja keras mempercepat ini, semua infrastruktur yang dibutuhkan rakyat tidak tersedia dengan sendirinya, ada kontribusi sdm konstruksi, bukan hanya tenaga kerja kontruksi yang jumlahnya besar tapi juga terlatih terampil, bersertifikat," tegasnya.
Sesuai informasi dari Menteri PUPR Basuki H, Presiden menyebutkan saat ini jumlah tenaga kerja konstruksi di Indonekira kira-kira ada tujuh juta orang dan baru 9 persen yang bersertifikat atau 600.000 orang.
"Beruntung sekali bapak ibu yang sudah miliki ini akan ? meningkatkan kualitas SDM kita, kita jadi tahu manajemen proyek di satu lokasi, bagaimana menjaga kebersihan dan keselamatan di proyek, bagaimana memasang bahan sehingga tepat dan presisi sehingga sesuai standar yang ditetapkan," kata Jokowi di hadapan ribuan pekerja konstruksi dari seluruh Indonesia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Dengan adanya tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat, kita bisa mengejar ketertinggalan infrastruktur, juga meningkatkan kualitas konstruksi kita, Jepang Jerman bisa, mengapa kita tidak, saya yakin kita bisa," kata Presiden Jokowi ketika membuka percepatan sertifikasi tenaga kerja konstruksi di GBK Senayan Jakarta, Kamis.
Ia menyebutkan untuk dapat setara dengan konstruksi yang dihasilkan Jepang dan Jerman memang keterampilan SDM konstruksi harus ditingkatkan sehingga menghasilkan konstruksi berstandar internasional.
Presiden juga mengingatkan upaya peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi tidak berhenti pada sertifikasi saja. "Kualitas agar betul betul dijaga, dijaga terus menerus dan harus mampu adaptasi dengan kemajuan teknologi terutama bidang konstruksi," tuturnya.
Jokowi juga mengingatkan agar percepatan sertifikasi tidak dijadikan sebagai ajang jual beli sertifikat. "Tujuan sertifikasi adalah kualitas tenaga kerja dan mengikuti standar internasional," ucapnya.
Pada awal sambutannya Presiden menyebutkan sekarang ini Indoneaia berada pada era kompetisi global, antarnegara. Salah satu kunci memenangkan persaingan adalah pembangunan infrastruktur.
"Ini menjadi pondasi, mendasar sekali, kedua adalah pembangunan sumber daya manusia, jangan bermimpi bisa bersaing dengan negara lain dan memang lainnya kalau infrastruktur kita tertinggal," ujarnya.
Ia menyebutkan kondisi jalan tol Indonesia jika bandingkan dengan negara lain, jalur kereta api, pelabuhan maupun bandara, tertinggal dari negara lain. "Baru sekarang kita bangun terus, untuk mengejar ketertinggalan kita."
"Biaya transportasi kita dibanding Singapura dan Malaysia masih 2-2,5 kali lipat mahalnya karena infrastruktur belum baik, karena itu kita bekerja siang malam untuk menyelesaikan ini agar kita bisa bersaing dengan negara lain," tambahnya.
Menurut dia, untuk percepatan itu telah dibangun, misal, di Kalimantan ada 24 proyek, di Sulawesi ada 27 proyek, Maluku Papua 13 proyek, Sumatera 61 proyek dan tempat tempat lainnya.
"Kita harus kerja keras mempercepat ini, semua infrastruktur yang dibutuhkan rakyat tidak tersedia dengan sendirinya, ada kontribusi sdm konstruksi, bukan hanya tenaga kerja kontruksi yang jumlahnya besar tapi juga terlatih terampil, bersertifikat," tegasnya.
Sesuai informasi dari Menteri PUPR Basuki H, Presiden menyebutkan saat ini jumlah tenaga kerja konstruksi di Indonekira kira-kira ada tujuh juta orang dan baru 9 persen yang bersertifikat atau 600.000 orang.
"Beruntung sekali bapak ibu yang sudah miliki ini akan ? meningkatkan kualitas SDM kita, kita jadi tahu manajemen proyek di satu lokasi, bagaimana menjaga kebersihan dan keselamatan di proyek, bagaimana memasang bahan sehingga tepat dan presisi sehingga sesuai standar yang ditetapkan," kata Jokowi di hadapan ribuan pekerja konstruksi dari seluruh Indonesia.(*)
Video Oleh Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017