Banyuwangi (Antara Jatim) - Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten yang berpotensi terdampak abu vulkanik, apabila terjadi erupsi Gunung Agung yang memiliki ketinggian 3.142 meter dari permukaan laut (mdpl) di Kabupaten Karangasem, Bali.

Berdasarkan pengalaman erupsi Gunung Kelud yang dampak abu vulkaniknya sampai Yogyakarta yang berjarak 213,90 kilometer dan Jawa Tengah yang jaraknya 230,42 kilometer dari Gunung Kelud, sehingga ada kemungkinan erupsi Gunung Agung juga berpotensi melanda sejumlah daerah di Jawa Timur.

Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Timur mencatat beberapa kabupaten di ujung timur berpotensi terdampak abu vulkanik Gunung Agung seperti Kabupaten Banyuwangi yang berjarak 125,26 kilometer, kemudian Kabupaten Situbondo berjarak 181,79 kilometer, dan Kabupaten Probolinggo berjarak 261 kilometer dari Gunung Agung.

Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widiatmoko mengatakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi siap menampung pengungsi atau warga Pulau Dewata yang terdampak aktivitas vulkanik Gunung Agung.

Kabupaten yang berada di ujung timur Pulau Jawa tersebut juga bersiap untuk kondisi terburuk yang terjadi sewaktu-waktu, apabila benar-benar terjadi letusan Gunung Agung dengan menyiapkan sejumlah tempat pengungsian.

Secara teknis, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi juga sudah melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah pihak di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada Rabu (4/10).

BPBD Banyuwangi juga menyatakan kesiapsiagaannya menghadapi ancaman bencana erupsi Gunung Agung menyusul status Level IV atau Awas yang ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi, Mitigasi, Bencana Geologi (PVMBG) pada 22 September 2017.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Banyuwangi Fajar Suasana mengatakan rapat koordinasi dilakukan untuk menyiapkan daerahnya mengantisipasi sejak dini dampak erupsi Gunung Agung yang hingga kini masih belum bisa diprediksi kapan erupsi gunung berketinggian 3.142 mdpl tersebut akan meletus.

Dalam rapat koordinasi itu, BPBD  mengundang sejumlah stakeholder dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Banyuwangi untuk membahas langkah antisipasi tersebut, agar meminimalisir dampak erupsi yang dialami oleh warga Banyuwangi.

Pihaknya memang belum bisa  memprediksi kapan Gunung Agung akan meletus, namun setidaknya dengan melakukan berbagai antisipasi, maka pihaknya telah siap siaga di daerah khususnya di Banyuwangi untuk mengantisipasi dampak abu vulkaniknya.

Berdasarkan hasil dari rapat tersebut, lanjut dia, ketika Gunung Agung erupsi, maka Kabupaten Banyuwangi kemungkinan besar akan mendapat dampak berupa abu vulkanik, sehingga pihaknya mulai mengambil langkah antisipasi terhadap dampak tersebut. 

Dampak abu vukkanik itu menyebar sesuai dengan arah angin dan hasil dari perhitungan BMKG, kemungkinan pada bulan Oktober 2017, arah angin masih cenderung mengarah ke barat, sedangkan pada Desember arah angin cendeung ke timur.

Antisipasi yang dilakukan yakni menyiapkan masker atau penutup hidung, sehingga BPBD Banyuwangi bersama satuan kerja yang disiapkan adalah  Dinas Kesehatan, PMI maupun rumah sakit.

Debu vulkanik itu dampaknya akan berpengaruh pada kesehatan karena dapat mengganggu pernapasan, sehingga disamping menyiapkan masker dari BPBD, pihaknya juga melibatkan organisasi perangkat daerah yang lain seperti dari Dinas Kesehatan yang menyiapkan 100 ribu masker dan  PMI 58 ribu masker.

Selain itu, debu vulkanik juga berdampak pada sektor pertanian, ruang publik, dan aktivitas transportasi, maka Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Penataan Ruang, serta Dinas Perhubungan juga harus siap melakukan antisipasi terhadap erupsi Gunung Agung.

Terkait dengan kesiapsiagaan untuk menerima pengungsi dari Pulau Bali, ia mengatakan kemungkinan pengungsi tersebut adalah warga Banyuwangi yang bekerja di Pulau Dewata karena banyak warga Banyuwangi yang bekerja di sana.

"Ketika erupsi terjadi, maka warga Banyuwangi yang di Bali akan pulang kembali ke Banyuwangi atau ke sanak keluarganya yang berada di Banyuwangi, namun pihaknya juga akan menyiapkan beberapa gedung yang bisa digunakan untuk tempat pengungsian seperti GOR dan lainnya, apabila memang benar-benar dibutuhkan," ujarnya.

Dalam rapat koordinasi itu, BPBD Banyuwangi juga mengundang beberapa pihak di sektor transportasi terkait dengan antisipasi meletusnya Gunung Agung seperti ASDP Pelabuhan Ketapang dan Bandara Blimbingsari Banyuwangi, agar mereka menyiapkan skenario untuk mengantisipasi hujan abu vulkanik Gunung Agung.

Fajar juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terpancing dengan isu-isu menyesatkan terkait dengan aktivitas Gunung Agung, sehingga pihaknya meminta para camat meneruskan informasi yang benar dan positif kepada warganya untuk tetap tenang.

Bandara dan Kereta Api
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menyiapkan sejumlah bandara untuk mengantisipasi peningkatan aktivitas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, sejak status gunung yang memiliki ketinggian 3.142 mdpl itu meningkat menjadi Awas.

Kemenhub juga menyiapkan 10 bandara alternatif untuk mengantisipasi erupsi Gunung Agung yakni bandara di Jakarta, Makassar, Surabaya, Balikpapan, Solo, Ambon, Manado, Lombok Praya, Kupang, dan Banyuwangi.

Ada dua rencana yang disusun oleh Kemenhub ketika Gunung Agung meletus yakni pertama memindahkan penumpang ke rute Banyuwangi dan Praya di Lombok, dan rencana kedua antara Banyuwangi dan Surabaya melalui jalur darat.

Berbagai skenario disiapkan untuk mengantisipasi jalur transportasi udara karena abu vulkanik gunung berapi sangat berbahaya bagi keselamatan penerbangan, bahkan ketika meletuspun Bandara di Blimbingsari Banyuwangi juga akan terdampak dan bisa saja ditutup bandara tersebut.

Kepala Bandara Blimbingsari Dodi Dharma Cahyadi mengatakan pihaknya juga sudah diundang rapat oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk koordinasi membahas antisipasi aktivitas Gunung Agung apabila terpapar abu vulkanik yang sebarannya sangat dipengaruhi oleh arah angin.

Apabila penerbangan di Bandara Ngurah Rai Bali terdampak erupsi Gunung Agung, maka tidak menutup kemungkinan penerbangan di Bandara Banyuwangi juga akan ikut terdampak karena jarak Gunung Agung dekat dengan Banyuwangi.

Sejak ditetapkan status Gunung Agung menjadi Awas hingga Minggu (15/10), aktivitas penerbangan di Bandara Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi masih aman dan operasional berjalan normal.

Ia mengatakan sudah disiapkan rencana kontijensi dari sisi navigasi dan koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait dengan antisipasi erupsi Gunung Agung.

Berdasarkan pers release dari Dirjen Perhubungan Udara dengan Angkasa Pura 1 bersama sejumlah pihak menyebutkan pihak Kemenhub bekerjasama dengan VAC Darwin Australia berupa informasi data untuk sebaran debu vulkanis Gunung Agung.

Apabila terjadi sebaran debu vulkanik, maka beberapa bandara akan ditutup karena bahaya debu vulkanik dapat menganggu altimeter pesawat, windsir akan terganggu, debu akan masuk blade, engine bisa stag, dan body pesawat akan tergores debu vulkanis, sehingga sebaran debu vulkanis dapat membahayakan keselamatan penerbangan.

Sementara itu, PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 9 Jember juga menyiagakan "Rail Clinic" di Stasiun Banyuwangi untuk membantu pelayanan kesehatan masyarakat yang terdampak abu vulkanik di Banyuwangi, apabila Gunung Agung meletus.

Kereta klinik itu sudah disiagakan di Stasiun Banyuwangi sejak 3 Oktober 2017, sehingga apabila sewaktu-waktu Gunung Agung erupsi, maka kereta kesehatan langsung bisa beroperasi memberikan bantuan kesehatan kepada korban terdampak erupsi Gunung Agung di Banyuwangi.

Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi 9 Jember Luqman Arif mengatakan selain "rail clinic, pihaknya juga menyiapkan posko siaga tanggap bencana baik di stasiun maupun klinik untuk memberikan bantuan kepada masyarakat Banyuwangi yang terkena dampak erupsi Gunung Agung.

"PT KAI menyediakan sebanyak 20.000 masker dan akan terus ditambah sesuai dengan kebutuhan dan obat-obatan infeksi saluran pernapasan atas, diare, dan iritasi mata yang biasa diderita oleh korban bencana alam akibat letusan gunung berapi," katanya.

Pihak KAI juga akan menyiapkan susu untuk anak-anak balita di Banyuwangi dan berbagai kebutuhan lainnya pascabencana erupsi Gunung Agung, sehingga pihaknya terus memantau perkembangan aktivitas gunung berapi di Pulau Bali tersebut.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017