Tulungagung (Antara Jatim) - Panitia penyelenggara Festival Bonorowo Menulis II yang digelar di lapangan Desa Bangoan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mulai Jumat (6/10) hingga Minggu (8/10) kurang "greget" (meriah) akibat kurangnya dukungan sistemik sehingga gerakan literasi tidak optimal.
    
"Memang kami mengalami kendala besar. Tetapi yang sudah kami petakan dan dikuatkan oleh Kepala Balai Bahasa, persoalan yang utama adalah rendahnya dukungan sistemik untuk gerakan literasi di Tulungagung," kata Ketua Festival Bonorowo Menulis (FBM) II Tjut Zakiah di Tulungagung, Minggu.
    
Padahal menurut Tjut Zakiah, gerakan akar rumput terhadap gerakan literasi di Tulungagung sudah terbentuk.
    
Komunitas literasi sudah terus bermunculan dan Desa Bangoan yang merupakan kampung asalnya di wilayah Kecamatan Kedungwaru siap menjadi percontohan sebagai desa literasi di Tulungagung yang dulunya dikenal dengan istilah daerah Bonorowo tersebut.
    
Sayangnya, kata Tjut, dukungan sistem terhadap gerakan literasi hampir tidak ada. Hal itu setidaknya terlihat dari rangkaian kegiatan FBM II yang tak ada komunitas pelajar dari sekolah negeri setempat terlihat ikut bergabung.
    
Menurut aktivis literasi "Pena Ananda" itu, siswa-siswi yang tampak hadir justru dari beberapa sekolah swasta, atau bahkan dari luar daerah yang secara khusus datang dan rela menginap untuk menimba ilmu keliterasian di ajang FBM II tersebut.
    
"Ada banyak kritik dari peserta luar daerah dan juga kalangan mahasiswa yang hadir. Mereka intinya menyayangkan ajang workshop literasi yang sangat bagus ini tidak dimaksimalkan oleh komunitas pendidikan daerahnya sendiri," katanya.
    
Sekelompok pelajar SMP dari Malang yang datang secara khusus bersama gurunya bahkan mendalami ajang FBM dengan membagi keikutsertaan di setiap workshop yang digelar maraton oleh panitia.
    
"Kalau kalangan pendidikan di Tulungagung melakukan hal yang sama, memiliki kesadaran literasi yang kuat, bahwa gerakan literasi ini bisa menjadi cermin pengembangan pendidikan di Tulungagung, tentu akan sangat luar biasa. Sayang hal itu tidak terjadi," katanya.
    
Panitia FBM II sendiri menurut Tjut Zakiah sebenarnya sudah berkordinasi dengan pemangku kepentingan terkait, mulai Dewan Pendidikan, DPRD, Pemkab Tulungagung termasuk Dinas Pendidikan Tulungagung, agar ada dukungan sistemik terhadap penyelenggaraan FBM.
    
Namun hingga pelaksanaan, nyaris tak ada sekolah negeri yang menggerakkan siswa-siswinya untuk datang dan ikut memeriahkan kegiatan Festival Bonorowo Menulis yang telah memasuki tahun kedua, dan kali ini dipusatkan di Desa Bangoan yang telah memulai gerakan literasi di tingkat desa.
    
"Memang sudah ada surat edaran dikeluarkan dinas (pendidikan) ke sekolah-sekolah, namun kesannya (instruksi) rasanya seperti kurang ada penguatan bahkan terkesan tidak serius mendukung suksesnya kegiatan FBM ini," katanya.
    
Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung belum bisa dikonfirmasi terkait hal ini. Namun beberapa guru SD dan SMP mengaku tidak mendapat arahan untuk menggerakan siswa ke FBM II, melalui kepala sekolah apalagi dinas pendidikan.(*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017