Kediri (Antara Jatim) - Jembatan yang ada di Kota Kediri, Jawa Timur rencananya akan dipasangi kamera pengintai atau "CCTV" oleh Pemerintah Kota Kediri, guna mengawasi pembuang sampah terutama popok bayi ke dalam sungai.

"Kami berencana nantinya setiap jembatan akan dipasang kamera pengintai satu atau dua menyesuaikan panjang jembatan. Nantinya, kami akan menindaklanjuti, di CCTV kan ada fotonya," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan Kota Kediri Didik Catur di Kediri, Selasa.

Ia mengaku mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan basah Ecoton, yang telah melakukan pemantauan serta pembersihan sampah popok di sepanjang sungai yang ada di Kota Kediri. Upaya itu contoh baik yang dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai.

Ia mengakui di Kota Kediri masih ada beberapa orang yang perilakunya kurang baik dengan membuang sampah di sembarang tempat. Namun, ia sudah membuat beragam langkah, sebagai upaya mengurangi kebiasaan buruk sejumlah warga tersebut.

Selain akan memasang kamera pengintai di sejumlah jembatan wilayah Kota Kediri, juga akan mengirimkan surat ke dinas kesehatan meminta rumah sakit ikut memberikan imbauan pada ibu muda, untuk tidak membuang popok bayi di sungai.

Selain itu, pihaknya juga berencana akan melibatkan bank sampah, kemungkinan bisa memroduksi popok bayi yang ramah lingkungan. Dengan itu, orangtua juga bisa lebih hemat anggaran untuk kebutuhan popok bayi.

"Masalah popok, kami sudah diskusi panjang. Kami akan mengirimkan surat ke dinas kesehatan terkait rumah sakit, memberikan imbauan jangan buang popok di sungai," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi mengatakan ia dengan tim sudah melakukan pemantauan serta evakuasi sampah popok di sepanjang sungai yang ada di Kota Kediri sekitar empat hari. Air di sungai itu juga mengalir ke Sungai Brantas. Ada sekitar tujuh sungai yang sudah dipantau, dan hasilnya ditemukan ada sekitar 3 kuintal yang telah dievakuasi.

"Dari jembatan yang kami evakuasi kurang lebih 3 kuintal dan ini popok anaka-anak, meskipun ada pembalut wanita dan popok untuk dewasa," katanya.

Ia juga sengaja bertemu langsung dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan Kota Kediri Didik Catur terkait dengan temuan tersebut. Ia mengaku sangat memberikan apresiasi yang baik dari instansi tersebut, sebab mereka ternyata antusias dan proaktif dalam menerima masukan dari lembaganya.

"Kami sangat antusias ada proaktif dari kepala dinas. Jadi, tadi ada rencana, upaya memasang kamera pengintai di jembatan dan ini perlu dilakukan 'sock' terapi ke masyarakat," ujarnya.
     
Lebih lanjut, ia mengatakan di Kediri ternyata juga sudah mempunyai "sanitary landfill". Popok tidak dapat begitu saja dimusnahkan, bahkan ketika dibakar justru mejadikan racun, sehingga berbahaya jika terhirup.

Selain itu, juga sudah dijelaskan, dalam UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, popok adalah residu sampah yang tidak bisa didaur ulang dan harus dibuang ke TPA (Tempat pembuangan akhir) yang memanfaatkan "sanitary landfill" tersebut.
     
"Kami juga mendorong pemakaian popok kain, karena ramah lingkungan dan ini juga bisa mengurangi beban sampah. Kain bisa digunakan berkali-kali," imbuhnya.

Ia berharap dengan aksi yang dilakukannya akan semakin mendorong kesadaran masyarakat serta mendorong pemerintah lebih tegas menerapkan aturan. Diharapkan, Sungai Brantas ke depan menjadi lebih bersih, sebab sungai adalah sarang ikan dan bukan sarang popok.

Sejumlah orang yang tergabung di Ecoton berkunjung ke Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan Kota Kediri. Mereka mengenakan atribut lengkap ketika membersihkan sungai, berupa baju putih dengan jaring. Selain itu, mereka juga membawa sampah popok ke dinas.

Mereka bertemu langsung dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan Kota Kediri dan menyerahkan surat rekomendasi terkait dengan temuan sampah popok tersebut. (*)
Video Oleh Asmaul Chusna


Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017