Beijing (Antara Jatim) - Sebanyak 21 lukisan dan empat patung karya para seniman Indonesia menyedot perhatian pengunjung pada hari pertama pameran "Beijing International Art Biennale 2017" di galeri Museum Kesenian Nasional China, Minggu.

Beberapa saat setelah acara dibuka secara resmi oleh pimpinan Federasi Sastra dan Seni China (CFLAC), ratusan pengunjung langsung mendatangi ruang pamer yang khusus memajang karya seniman asal Indonesia.

Para pengunjung terpukau dengan patung Borobudur yang terbuat dari perunggu karya maestro seni Nyoman Nuarta.

Bahkan Ketua Asosiasi Seniman China Liu Dawei dan Wakil Ketua CFLAC Li Yi tidak melewatkan foto bersama Dubes RI untuk China Soegeng Rahardjo dan Ketua Asosiasi Seniman Indonesia-China Yince Djuwidja di depan patung perunggu berjudul "Borobudur Legend III".

Sayangnya, Nuarta yang juga dikenal sebagai pembuat patung Garuda Wisnu Kencana di Jimbaran, Bali, itu tidak hadir dalam acara pembukaan tersebut.

"Saya memang belum pernah ke Indonesia, tapi saya kagum dengan patung ini," kata Wang Hua, seorang pengunjung asal Beijing, seusai memotret anaknya di depan patung tersebut.

Sementara itu, beberapa pelukis dan pematung asal Indonesia memanfaatkan acara pembukaan pameran tersebut untuk bertukar pikiran dengan para seniman dari China dan beberapa negara lain.

"Tidak hanya bangga, kami juga merasa terhormat bisa ikut menyemarakkan pameran di sini," ujar I Putu Edy Amara, pelukis asal Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, di sela-sela acara pembukaan.

Menurut dia, untuk bisa mengikutI ajang dua tahunan tersebut, pihak panitia melakukan seleksi secara ketat.

Sebelumnya dia mengirimkan empat karyanya. Namun, hanya satu lukisan berjudul "Exchange" yang dinyatakan lolos oleh panitia pameran tersebut.

"Bagaimana tidak bersyukur dari 7.000 lukisan, panitia hanya memilih 200-an untuk bisa dipamerkan di galeri ini," tutur lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.

Kebanggaan juga tersirat dari raut muka Ugy Sugiarto, pelukis asal Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pria yang mengaku belajar melukis secara otodidak itu mendapatkan kesempatan dari panitia untuk memamerkan dua lukisan cat minyak, masing-masing berjudul "The Meaning of Friendship" dan "The Power of Love".

Dubes Soegeng Rahardjo mengatakan bahwa pameran tersebut sejalan dengan konsep Jalur Maritim dan Jalur Sutera Abad ke-21 (One Belt, One Road) yang digagas oleh China.

"Saya melihat ada spirit 'One Belt, One Road' yang tidak hanya mengoneksikan pembangunan infrastruktur, melainkan juga menghubungkan pemikiran antarmasyarakat melalui karya seni ini demi terciptanya kebersamaan dan perdamaian global," ujarnya. (*)
Video Oleh: M. Irfan Ilmie

Pewarta: M. Irfan Ilmie

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017