Banyuwangi (Antara Jatim) - Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Dr. Yudi Latief, Ph.D meminta agar pengajaran ideologi Pancasila dilakukan lebih atraktif, baik dari sisi konten maupun penyampaian. 

Menurut Yudi, kemajuan teknologi saat ini menjadi penyebab utama masuknya beragam ideologi. Meskipun secara teoritik ideologi tersebut tidak menarik, tapi justru lebih diterima karena penetrasinya lewat teknologi yang berkembang pesat dewasa ini. 

“Saat ini, ideologi-ideologi yang ada di dunia, masuk ke pori-pori generasi muda tanpa saringan lagi. Jika dulu ada tokoh-tokoh, ada ulama yang memfilter, sekarang sudah tidak bisa,” kata Yudi saat memberikan kuliah umum di kampus Universitas 17 Agustus Banyuwangi, Jumat (22/9).

Untuk itu, saat ini UKP-PIP mengajak semua komponen bangsa untuk menyiapkan pengajaran ideologi Pancasila lebih atraktif. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi. “Dalam 20 tahun terakhir, nyaris pendidikan Pancasila diabaikan, sehingga kekosongan tersebut, diisi oleh ideologi-ideologi lain. Ini harus kita atasi, pengajarannya manfaatkan teknologi pula," ujarya. 

Yudi juga mengingatkan kepada masyarakat agar jangan terlalu takut dengan isu bangkitnya PKI. Dengan menguatnya isu komunis dalam beberapa waktu kebelakang, Yudi justru mengajak masyarakat untuk mengembangakan ideologi Pancasila lebih sakti. “Dari pada kita terus-terusan defensif (menghadapi ancaman ideologi komunisme), lebih baik kita mengembangkan Pancasila ini agar lebih sakti,” katanya.

Usai memberikan kuliah umum, Yudi Latief menyempatkan diri mengunjungi sejumlah inovasi pelayanan publik pemkab Banyuwangi. Menurut dia, pembangunan yang dilakukan  kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini mengaplikasikan butir-butir dalam Pancasila.
“Pancasila harus dibumikan dalam tindakan, bukan sekedar wacana atau hapalan semata. Selama ini saya hanya mendengar ceritanya, tapi sekarang saya lihat sendiri semua inovasi yang dilakukan mengerucut pada implementasi sila-sila pancasila utamanya sila pertama dan ke lima. Namun bukan berarti sila-sila yang lain tidak diterapkan di sini,” ujar Yudi.

Di Banyuwangi, lanjut Yudi, implementasi sila pertama terlihat dari kondisi kerukunan umat beragama yang cukup harmonis dan relatif terjaga. Sedangkan penerapan sila ke lima, semua pembangunannya mengarah pada peningkatan kesejahteraan warga. Data BPS menyebutkan, ada lonjakan 99 persen pendapatan per kapita warga dari Rp 20,8 juta per orang per tahun pada 2010 menjadi Rp 41,46 juta per orang per tahun pada 2016. Kemiskinan pun berhasil turun drastis menjadi 8,79 persen.

“Tak hanya itu, beragam inovasi yang digagas Banyuwangi dan tak segan ditularkan ke daerah lain ini juga penerapan nilai pancasila gotong royong, saling belajar dan menolong dalam hal positif,” katanya.

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017