Malang (Antara Jatim) - Bupati Malang Rendra Kresna menolak wacana adanya penurunan status Pulau Sempu dari Cagar Alam menjadi Taman Wisata Alam yang beberapa pekan terakhir ini ramai diperbincangkan di kalangan aktivis lingkungan dan para pecinta alam.

"Kalau pembukaan akses Pulau Sempu sebagai area wisata alam dengan berbagai piranti perlindungannya, tidak masalah, tapi jangan menurunkan statusnya, apalagi sampai merusak lingkungan, baik flora maupun faunanya, sehingga fungsi hutan sebagai konservasi tetap terjaga," kata Rendra Kresna di Malang, Jawa Timur, Jumat.

Namun demikian, lanjutnya, meski nantinya dibuka untuk area wisata alam, wisatawan tetap harus didampingi oleh pendamping yang berkompeten dan benar-benar paham akan lokasi. Dan, pendamping wisatawan itu nanti tidak cukup hanya mengandalkan petugas dari BKSDA saja, tapi dari banyak elemen, termasuk petugas yang memberdayakan masyarakat sekitar Sempu.

Menurut Rendra, harus ada pemberdayaan masyarakat sekitar sehingga warga bisa berperan sebagai pendamping wisatawan. "Pembukaan akses itu diharapkan arus pengunjung atau wisatawan ke Pulau Sempu meningkat, namun peningkatan jumlah wisatawan juga harus berbanding lurus dengan penambahan jumlah pendamping," ujarnya.

Ia mengemukakan wisata yang bersifat konservasi harus benar-benar dijaga, siapapun boleh berwisata ke hutan konservasi atau hutan lindung, seperti ke Gunung Bromo. "Yang penting kawasan itu tidak dirusak. Oleh karenanya, peranan pendamping wisatawan, khususnya di Pulau Sempu sangat strategis," ucapnya.

Selain untuk memastikan wisatawan tidak merusak lingkungan, lanjutnya, pendamping juga berperan sebagai penunjuk arah (jalan), sebab tidak sedikit wisatawan yang terjebak dan tidak bisa keluar dari area Pulau Sempu selama berhari-hari. Oleh karenanya, fasilitas di pulau tersebut harus dilengkapi dengan jalan setapak dan penunjuk arah.

Menyinggung kemungkinan adanya investor yang ingin mengembangkan Pulau Sempu dengan membangun berbagai fasilitas termasuk villa atau cottage, dengan tegas Rendra menolak. "Pulau Sempu ini sebagai kawasan konservasi dan cagar alam di bawah naungan BKSDA dan dilindungi, jadi tidak bolaeh ada bangunan permanen, apalagi yang difungsikan sebagai villa atau cottage," katanya.

Kalau ingin menambah fasilitas demi kenyamanan wisatawan, kata Rendra, cukup bangunan gubuk-gubuk terbuka di tepi pantai, sehingga wisatawan bisa menikmati eksotika pantai Pulau Sempu yang berada di kawasan Pantai Sendangbiru di Kecamatan Sumbermanjing Wean, kabupaten Malang.

"Saya tidak akan izinkan dan menolak tegas kalau ada yang mau membangun bangunan permanen seperti villa, cottage atau bentuk penginapan lainnya. Di area Pulau Sempu tidak boleh ada bangunan permanen," tegasnya.

Sejumlah aktivis lingkungan dan pecinta alam, belum lama ini menolak adanya keinginan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup utnuk menurunkan status Pulau Sempu dari Cagar Alam menjadi Taman Wisata Alam.

Belum lama ini, Profauna Indonesia menyatakan seharusnya Pulau Sempu hanya digunakan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan. Namun, selama ini Pulau Sempu menjadi objek wisata yang bebas dikunjungi, apalagi dengan wacana penurunan status yang mengancam ekosistem di dalamnya.

"Ekosistem Pulau Sempu sangat lengkap sehingga ini menjadi miniatur yang bagus untuk belajar tentang alam. Fakta di lapangan, Pulau Sempu juga menjadi obyek wisata alam yang cukup ramai," katanya.

Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu ditetapkan berdasarkan SK GB Nomor 46 Stbl 1928 Nomor 69 tahun 1928 dengan luas 877 hektare. Profauna Indonesia mencatat terdapat lebih dari 90 spesies burung yang ada di pulau itu, di antaranya adalah jenis langka dan dilindungi seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Elang Hitam (Ictinaetus malayanesis) dan Rangkong Badak (Buceros rhinoceros).

Selain burung, Pulau Sempu juga menjadi habitat berbagai jenis mamalia yang dilindungi seperti lutung jawa (Trachypithecusauratus), jelarang (Ratufa Bicolor), kukang (Nyticebus sp) dan binturong (Arctictis binturong). Bahkan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) yang keberadaannya semakin langka, termasuk di Pulau Sempu.(*)
Video oleh: Endang Sukarelawati

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017