Surabaya (Antara Jatim) - Sejumlah 14 seniman yang tergabung dalam Komunitas Serbuk Kayu menggelar
pameran seni rupa bertajuk "Diversity Order" yang mengeksplorasi
beragam objek meja dan kursi.
Berlangsung di Galeri House of Sampoerna, Jalan Taman Sampoerna Surabaya, pameran ini terbuka untuk umum mulai tanggal 8 - 30 September.
Kurator Dwiki Nugroho Mukti, ditemui di sela mempersiapkan pameran di Galeri House of Sampoerna Surabaya, Jatim, Rabu menjelaskan Komunitas Serbuk Kayu terbentuk dari sekumpulan mahasiswa jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sejak tahun 2011.
"Dalam perkembangannya, yang bergabung di komunitas ini tidak hanya mahasiswa jurusan Seni Rupa dari Kampus Unesa saja. Melainkan juga dari berbagai kampus lain, seperti ITS, Unair, bahkan dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta," ucapnya.
Dari 14 seniman yang saat ini mengkuti pameran, tujuh di antaranya sudah lulus kuliah. Mereka adalah Arif Mulyadi, Arsya Dean, Dyan Condro, Ebby Dwijaya, Fathurrohman, Hanifi S Matione, Indra Prayogi, Kharisma Adi, Krisna Esa, Mbonartlove, M One Abdillah, Sonny Himantoko, Yogie Wahyuliarso, dan Zalfa Robby.
Dwiki menambahkan, sejak awal berdirinya, Komunitas Serbuk Kayu ingin mengembangkan seni sebagai ilmu pengetahuan.
"Karena di Surabaya khususnya, seni masih dianggap sebagai hal yang kontemplatif dan imajinatif. Ini membuat pola kerja yang kurang sehat. Padahal seni adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Seni merupakan medium yang bisa digunakan lebih untuk banyak hal," katanya, menjelaskan.
Tema "Diversity Order" yang diusung dalam pameran ini, menurut dia, adalah diambil dari keberagaman pola kerja dari setiap individu seniman yang tergabung dalam Komunitas Serbuk Kayu.
"Dalam tema ini pada akhirnya kami tetap berbicara tentang pendistribusian karya," ujarnya.
Jika pengunjung menyaksikan setiap seniman dalam pameran ini banyak yang mengeksplorasi objek meja dan kursi, menurut Dwiki, karena kembali pada tujuan awal Komunitas Serbuk Kayu yang berupaya mengembangkan seni sebagai ilmu pengetahuan.
"Meja kursi adalah objek yang tepat untuk bicara proses belajar. Karenanya dalam pameran ini kami banyak menampilkan meja dan kursi sebagai representasi dari ilmu pengetahuan," ucapnya.(*)
Berlangsung di Galeri House of Sampoerna, Jalan Taman Sampoerna Surabaya, pameran ini terbuka untuk umum mulai tanggal 8 - 30 September.
Kurator Dwiki Nugroho Mukti, ditemui di sela mempersiapkan pameran di Galeri House of Sampoerna Surabaya, Jatim, Rabu menjelaskan Komunitas Serbuk Kayu terbentuk dari sekumpulan mahasiswa jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sejak tahun 2011.
"Dalam perkembangannya, yang bergabung di komunitas ini tidak hanya mahasiswa jurusan Seni Rupa dari Kampus Unesa saja. Melainkan juga dari berbagai kampus lain, seperti ITS, Unair, bahkan dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta," ucapnya.
Dari 14 seniman yang saat ini mengkuti pameran, tujuh di antaranya sudah lulus kuliah. Mereka adalah Arif Mulyadi, Arsya Dean, Dyan Condro, Ebby Dwijaya, Fathurrohman, Hanifi S Matione, Indra Prayogi, Kharisma Adi, Krisna Esa, Mbonartlove, M One Abdillah, Sonny Himantoko, Yogie Wahyuliarso, dan Zalfa Robby.
Dwiki menambahkan, sejak awal berdirinya, Komunitas Serbuk Kayu ingin mengembangkan seni sebagai ilmu pengetahuan.
"Karena di Surabaya khususnya, seni masih dianggap sebagai hal yang kontemplatif dan imajinatif. Ini membuat pola kerja yang kurang sehat. Padahal seni adalah sesuatu yang bisa dipelajari. Seni merupakan medium yang bisa digunakan lebih untuk banyak hal," katanya, menjelaskan.
Tema "Diversity Order" yang diusung dalam pameran ini, menurut dia, adalah diambil dari keberagaman pola kerja dari setiap individu seniman yang tergabung dalam Komunitas Serbuk Kayu.
"Dalam tema ini pada akhirnya kami tetap berbicara tentang pendistribusian karya," ujarnya.
Jika pengunjung menyaksikan setiap seniman dalam pameran ini banyak yang mengeksplorasi objek meja dan kursi, menurut Dwiki, karena kembali pada tujuan awal Komunitas Serbuk Kayu yang berupaya mengembangkan seni sebagai ilmu pengetahuan.
"Meja kursi adalah objek yang tepat untuk bicara proses belajar. Karenanya dalam pameran ini kami banyak menampilkan meja dan kursi sebagai representasi dari ilmu pengetahuan," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017