Beijing, (Antara) - Komite Buku Nasional (KBN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menargetkan 25 lisensi judul buku terjual di ajang "Beijing International Book Fair", 23-27 Agustus 2017.
"Di ajang yang sama tahun lalu 19 lisensi judul buku terjual. Pada tahun ini target kami 25 judul buku," kata Ketua KBN Laura Prinsloo kepada Antara di Beijing, Rabu.
Dari 19 judul buku berbahasa Indonesia, sebanyak 17 di antaranya dibeli oleh penerbit di China untuk dialihbahasakan Mandarin. Beberapa penerbit di China tertarik membeli lisensi buku-buku berbahasa Indonesia jenis nonfiksi, bahasa, dan keterampilan.
"Selain itu, mereka juga suka dengan buku biografi tokoh-tokoh Indonesia yang ada keterkaitannya dengan China," ujarnya.
Menurut dia, hal itu berbeda dengan penerbit di Eropa yang tertarik membeli lisensi buku-buku sastra, cerita untuk anak-anak, dan kuliner.
Pameran yang berlangsung di gedung pameran internasional di Distrik Shunyi di kawasan Bandar Udara Internasional Beijing itu menjadi ajang pemasaran lisensi buku.
Dalam BIBF tahun ini sebanyak 10 penerbit asal Indonesia memajang buku-buku terbitannya di anjungan Indonesia yang difasiilitasi oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing.
BIBF sudah digelar yang ke-15 kalinya. "Indonesia sudah dua kali mengikuti ajang ini, yakni pada tahun lalu dan tahun ini," kata Atdikbud KBRI Beijing, Priyanto Wibowo.
Menurut dia, pada tahun lalu 10 penerbit Indonesia juga turut serta dalam acara tahunan tersebut.
"Namun anjungan yang kami dirikan lebih bagus dan strategis tahun ini karena berada di salah satu sudut yang banyak dilewati pengunjung," ucapnya.
Untuk mendorong penerbit China membeli lisensi dari para penerbit di Indonesia, pemerintah memberikan bantuan dana penerjemahan (translation grant).
Demikian pula penerbit Indonesia yang membeli lisensi buku berbahasa Mandarin juga mendapatkan dana tersebut dari pemerintah China.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Di ajang yang sama tahun lalu 19 lisensi judul buku terjual. Pada tahun ini target kami 25 judul buku," kata Ketua KBN Laura Prinsloo kepada Antara di Beijing, Rabu.
Dari 19 judul buku berbahasa Indonesia, sebanyak 17 di antaranya dibeli oleh penerbit di China untuk dialihbahasakan Mandarin. Beberapa penerbit di China tertarik membeli lisensi buku-buku berbahasa Indonesia jenis nonfiksi, bahasa, dan keterampilan.
"Selain itu, mereka juga suka dengan buku biografi tokoh-tokoh Indonesia yang ada keterkaitannya dengan China," ujarnya.
Menurut dia, hal itu berbeda dengan penerbit di Eropa yang tertarik membeli lisensi buku-buku sastra, cerita untuk anak-anak, dan kuliner.
Pameran yang berlangsung di gedung pameran internasional di Distrik Shunyi di kawasan Bandar Udara Internasional Beijing itu menjadi ajang pemasaran lisensi buku.
Dalam BIBF tahun ini sebanyak 10 penerbit asal Indonesia memajang buku-buku terbitannya di anjungan Indonesia yang difasiilitasi oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing.
BIBF sudah digelar yang ke-15 kalinya. "Indonesia sudah dua kali mengikuti ajang ini, yakni pada tahun lalu dan tahun ini," kata Atdikbud KBRI Beijing, Priyanto Wibowo.
Menurut dia, pada tahun lalu 10 penerbit Indonesia juga turut serta dalam acara tahunan tersebut.
"Namun anjungan yang kami dirikan lebih bagus dan strategis tahun ini karena berada di salah satu sudut yang banyak dilewati pengunjung," ucapnya.
Untuk mendorong penerbit China membeli lisensi dari para penerbit di Indonesia, pemerintah memberikan bantuan dana penerjemahan (translation grant).
Demikian pula penerbit Indonesia yang membeli lisensi buku berbahasa Mandarin juga mendapatkan dana tersebut dari pemerintah China.(*)
Video oleh: M. Irfan Ilmie
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017