Makassar (Antara Jatim) - Dosen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr ENG Januarti Jaya Ekaputri memperoleh Anugerah Iptek Adibarata dalam pembukaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-22 di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis.

Januarti mendapat penghargaan itu karena berhasil membuat beton geopav atau beton geopolimer, yaitu paving non-semen guna mengurangi limbah batu bara yang dihasilkan industri di Indonesia.

Januarti usai menerima penghargaan mengungkapkan geopav dikenal sebagai material non-semen. Yaitu abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara atau kerap disebut Fly Ashdan Bottom Ash.

"Penelitian tentang beton geopolimer di Indonesia sudah saya lakukan sejak tahun 2005. Tetapi sayang sekali belum dimanfaatkan di industri," kata Alumnus Tokyo University ini.

Dia menjelaskan, kendala yang dialami dia dalam mengembangkan beton geopav ini karena kurangnya minat industri karena selama ini sangat sedikit kerja sama antara peneliti dengan industri pemanfaat hasil riset ini. Selain itu, "fly ash" dan "bottom ash" dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) menurut PP 101 tahun 2014.

"Penelitian tentang paving dan bata geopolimer ini awalnya bekerjasama dengan PT Kasmaji Inti Utama, pabrik penghasil bahan kimia, di tahun 2014. Pabrik ini kesulitan mengelola limbah batu baranya karena kendala aturan limbah B3 tersebut," tutur wanita yang akrab dipanggil Yani itu.

Limbah yang dihasilkan industri tersebut mencapai satu ton per hari. Sehingga pasokan abu untuk riset semakin meningkat dan hasil riset semakin cepat didapatkan. Di tahun pertama didapatkan pendaftaran paten atas komposisi batako dan paving geopolimer dari bahan abu batu bara limbah pabrik dan metode pembuatannya.

"Saat ini, penelitian mengenai Geopav masih terus berlanjut dengan dana kemenristekdikti dan bekerja sama dengan PLTU Suralaya, Banten," ujarnya.

Rencananya, riset akan dikembangkan untuk pengcoran jalan menggunakan "fly ash" dan bottom ash. Karena kualitas fly ash yang sangat tergantung dari mutu batubara yang dipakai, ITS berupaya untuk membuat kontrol kualitas dalam pemanfaatan limbah ini di skala industri.

"Kelebihan inovasi ini adalah kuat tekan paving beton geopolimer bisa mencapai 50 MPa dalam suhu ruang di umur 7 hari, sementara kekuatan ini dicapai di umur 28 hari pada paving konvensional. Selain itu, prosesnya sederhana dan murah, jika dibandingkan dengan paving konvensional," ucapnya.

Rektor ITS, Prof Joni Hermana mengungkapkan dalam Hakteknas ini banyak yang ingin ditekankan ITS sebagai salah satu kontributor inovasi. Dengan perkembangan inovasi yang dilakukan eberdasarkan tema-tema yang terjadi di masyarakat.

"Penghargaan ini bentuk motivasi bagi peneliti lain di ITS untuk terus berkarya," kata Joni.

Selain penghargaan Adibrata, dalam rangkaian kegiatan Hakteknas 2017 juga terdapat Penganugerahan Karya Iptek dan Inovasi Nasional, meliputi Anugerah Labdha Kretya untuk prestasi masyarakat akar rumput yang inovatif, Widyapadhi untuk prestasi perguruan tinggi yang melakukan riset dan pengembangan menjadi produk inovasi dan Widya Kridha untuk prestasi lembaga non-pemerintah atau kelompok masyarakat atas dukungannya mendorong penguatan inovasi.(*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017