Jakarta, (Antara) - Markas Besar TNI Angkatan Darat merasa kehilangan sosok prajurit terbaik bangsa, Mayjen TNI (Purn) Basofi Soedirman yang meninggal dunia di RS Medistra, Jakarta, Senin, pada pukul 11.00 WIB karena sakit.
"Kita tentu merasa kehilangan prajurit terbaik bangsa, yang juga mantan Gubernur Jawa Timur periode 1993-1998," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, perjalanan karier Basofi Soedirman sangat panjang di TNI Angkatan Darat, bahkan merupakan prajurit yang dikenal dan disegani oleh prajurit TNI AD.
"Prajurit yang seangkatan dengan saya dan di atas saya, sangat mengenal beliau yang santun dan disegani," kata Alfret.
Sosok Basofi Soedirman, kata dia, tidak hanya dikenal di kalangan prajurit TNI, khususnya TNI AD saja. Namun dikenal di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Timur dan masyarakat umum lainnya.
"Dengan karier beliau yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jatim ini menunjukan bahwa beliau bukan hanya prajurit yang baik, tetapi juga prajurit yang memahami kondisi bangsa, khususnya daerah Jawa Timur," katanya.
Sebagai penghormatan terakhir kepada pelantun lagu 'Tidak Semua Laki-Laki' itu, tambah Kadispenad, pemakaman almarhum Basofi Soedirman akan dilakukan melalui upacara militer.
"Garnisun yang akan mengatur semuanya. Ini merupakan penghargaan kita (TNI) kepada prajurit yang pernah membangun dan membesarkan TNI," kata Kadispenad.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur Jawa Timur periode 1993-1998 Basofi Soedirman meninggal dunia di RS Medistra, Jakarta, pada Senin (7/8) pukul 11.00 WIB karena sakit.
"Iya benar, Basofi meninggal setelah beberapa lama di rawat di rumah sakit Medistra yang sempat juga sebelumnya alami perawatan di Singapura," kata adik kandung Basofi Soedirman, Laeili Nuraeni saat dihubungi melalui telpon di Jakarta, Senin.
Saat ini jenazah Basofi masih ada di rumah sakit untuk dimandikan dan rencananya setelah dari rumah sakit akan dibawa ke rumah duka di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
"Belum tahun akan dimakamkan kapan dan di pemakaman mana. Masih menunggu kesepakatan keluarga," katanya.
Basofi Soedirman lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 20 Desember 1940, sebelumnya pernah menjabat sebagai Kasdam I/Bukit Barisan (1986-1987) dan Wakil Gubernur Jakarta tahun (1987-1992).
Beliau juga pernah menjabat Komandan Detasemen Tempur Kopasandha (kini Kopassus) pada 1971-1972, Komandan Batalyon 412 Brawijaya pada 1973-1974, dan Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Kostrad pada 1981-1983.
Ia juga pernah mengemban jabatan sebagai Komandan Kodim 0824/Jember (1977-1978), Asisten Teritorial Kodam IV/Brawijaya (1983-1984), Komandan Korem 083/Baladhika Malang (1984-1986), dan Kasdam Kodam I/Bukit Barisan (1986-1987), sebelum akhirnya ditarik ke Mabes ABRI.
Di samping itu ia juga menjadi Dosen Sekolah Seskoad tahun 1979-1981. Ia sendiri mengikuti Seskoad pada tahun 1978, dan Seskogab tahun 1979.
Pada usia 47 tahun, Basofi memilih pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal TNI. Ia kemudian beralih ke dunia politik dan masuk Partai Golkar yang kala itu kental terkenal sebagai partai pemerintah era Orde Baru.
Almarhum yang semasa menjadi gubernur pernah berkarier sebagai penyanyi, dengan single 'Tidak Semua Laki-laki' adalah putra dari Letjen TNI (Purn.) H. Soedirman yang merupakan tokoh terkenal di Bojonegoro, dan merupakan pahlawan nasional dari Kabupaten Bojonegoro.
Berkat pengaruh ayahnya, sejak kecil Basofi sudah bercita-cita menjadi tentara. "Bapak selalu mengajak saya melihat-lihat kegiatan militer seperti tentara latihan. Saya melihat kebesaran Bapak saya di dunia kemiliteran itu, sehingga otomatis di benak saya nggak ada yang lain kecuali ingin jadi tentara." katanya suatu saat.
Sebagian cara hidup yang biasanya dialami tentara juga sudah sering dialaminya sejak kecil. Pada masa revolusi, Basofi kecil sudah sering harus ikut mengungsi. Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI pun, ia masih harus berpindah-pindah karena tugas ayahnya selaku tentara menghendaki begitu.
Basofi meninggalkan seorang istri dan tiga anak, yaitu satu putri dan dua putra.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Kita tentu merasa kehilangan prajurit terbaik bangsa, yang juga mantan Gubernur Jawa Timur periode 1993-1998," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, perjalanan karier Basofi Soedirman sangat panjang di TNI Angkatan Darat, bahkan merupakan prajurit yang dikenal dan disegani oleh prajurit TNI AD.
"Prajurit yang seangkatan dengan saya dan di atas saya, sangat mengenal beliau yang santun dan disegani," kata Alfret.
Sosok Basofi Soedirman, kata dia, tidak hanya dikenal di kalangan prajurit TNI, khususnya TNI AD saja. Namun dikenal di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Timur dan masyarakat umum lainnya.
"Dengan karier beliau yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jatim ini menunjukan bahwa beliau bukan hanya prajurit yang baik, tetapi juga prajurit yang memahami kondisi bangsa, khususnya daerah Jawa Timur," katanya.
Sebagai penghormatan terakhir kepada pelantun lagu 'Tidak Semua Laki-Laki' itu, tambah Kadispenad, pemakaman almarhum Basofi Soedirman akan dilakukan melalui upacara militer.
"Garnisun yang akan mengatur semuanya. Ini merupakan penghargaan kita (TNI) kepada prajurit yang pernah membangun dan membesarkan TNI," kata Kadispenad.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur Jawa Timur periode 1993-1998 Basofi Soedirman meninggal dunia di RS Medistra, Jakarta, pada Senin (7/8) pukul 11.00 WIB karena sakit.
"Iya benar, Basofi meninggal setelah beberapa lama di rawat di rumah sakit Medistra yang sempat juga sebelumnya alami perawatan di Singapura," kata adik kandung Basofi Soedirman, Laeili Nuraeni saat dihubungi melalui telpon di Jakarta, Senin.
Saat ini jenazah Basofi masih ada di rumah sakit untuk dimandikan dan rencananya setelah dari rumah sakit akan dibawa ke rumah duka di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
"Belum tahun akan dimakamkan kapan dan di pemakaman mana. Masih menunggu kesepakatan keluarga," katanya.
Basofi Soedirman lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 20 Desember 1940, sebelumnya pernah menjabat sebagai Kasdam I/Bukit Barisan (1986-1987) dan Wakil Gubernur Jakarta tahun (1987-1992).
Beliau juga pernah menjabat Komandan Detasemen Tempur Kopasandha (kini Kopassus) pada 1971-1972, Komandan Batalyon 412 Brawijaya pada 1973-1974, dan Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Kostrad pada 1981-1983.
Ia juga pernah mengemban jabatan sebagai Komandan Kodim 0824/Jember (1977-1978), Asisten Teritorial Kodam IV/Brawijaya (1983-1984), Komandan Korem 083/Baladhika Malang (1984-1986), dan Kasdam Kodam I/Bukit Barisan (1986-1987), sebelum akhirnya ditarik ke Mabes ABRI.
Di samping itu ia juga menjadi Dosen Sekolah Seskoad tahun 1979-1981. Ia sendiri mengikuti Seskoad pada tahun 1978, dan Seskogab tahun 1979.
Pada usia 47 tahun, Basofi memilih pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal TNI. Ia kemudian beralih ke dunia politik dan masuk Partai Golkar yang kala itu kental terkenal sebagai partai pemerintah era Orde Baru.
Almarhum yang semasa menjadi gubernur pernah berkarier sebagai penyanyi, dengan single 'Tidak Semua Laki-laki' adalah putra dari Letjen TNI (Purn.) H. Soedirman yang merupakan tokoh terkenal di Bojonegoro, dan merupakan pahlawan nasional dari Kabupaten Bojonegoro.
Berkat pengaruh ayahnya, sejak kecil Basofi sudah bercita-cita menjadi tentara. "Bapak selalu mengajak saya melihat-lihat kegiatan militer seperti tentara latihan. Saya melihat kebesaran Bapak saya di dunia kemiliteran itu, sehingga otomatis di benak saya nggak ada yang lain kecuali ingin jadi tentara." katanya suatu saat.
Sebagian cara hidup yang biasanya dialami tentara juga sudah sering dialaminya sejak kecil. Pada masa revolusi, Basofi kecil sudah sering harus ikut mengungsi. Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI pun, ia masih harus berpindah-pindah karena tugas ayahnya selaku tentara menghendaki begitu.
Basofi meninggalkan seorang istri dan tiga anak, yaitu satu putri dan dua putra.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017