Surabaya (Antara Jatim) - Gerakan Pemuda Ansor Kota Surabaya melakukan langkah antisipasi terhadap ancaman nyata teroris  ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) dan kelompok Islam radikal yang tumbuh di Kota Surabaya. 

Ketua PC GP Ansor Kota Surabaya Alaik S Hadi, di Surabaya, Kamis, mengatakan pihaknya tidak takut terhadap ancaman yang mengatasnamakan ISIS menyusul pemasangan bendera ISIS di Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (4/7).

"Kami sudah koordinasi dengan berbagai pihak, baik pemerintah, aparat dan para ulama di Kota Surabaya," katanya.

Bahkan PW GP Ansor Jatim juga menginstruksikan kepada Ansor Surabaya untuk melakukan pengawasan dengan tindakan preemtif, preventif, dan langkah-langkah deradikalisasi yang menjadi bagian dari program GP Ansor.

Menurut dia, upaya Pemerintah  Kota Surabaya sudah berjalan merespons menguatnya ancaman terorisme dan radikalisme di Surabaya. "Sel-sel gerakan teroris dan radikal sudah kami petakan di Surabaya, berbagai langkah sudah kami siapkan, salah satunya adalah program deradikalisasi yang langsung menyentuh di basis umat dengan gandeng tangan bersama ulama dan pemerintah," katanya.

"Kami juga mobilisir kekuatan siber Ansor dan Banser untuk antisipasi maraknya situs yang menyebarkan paham radikalisme dan terorisme, propaganda mereka tidak boleh dibiarkan begitu saja," ujarnya.

Hal ini dikarenakan mereka menjadikan internet untuk propaganda karena mudah diakses, tidak ada kontrol, punya "audience" yang luas, serta tidak bisa diketahui identitasnya. Internet bisa jadi source pemberitaan para jurnalis. 

"Inilah yang akan kami lawan dengan membangun suasana damai di dunia maya," ujar Alaik.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya menyatakan bahwa melawan ancaman terorisme dan radikalisme tidak bisa hanya mengandalkan TNI, Polri, dan pemerintah untuk mencegah terorisme dan radikalisme, sebab peran masyarakat sangat dibutuhkan.

Sinergitas antara TNI, Polri, serta masyarakat Surabaya ditekankan Risma, karena menurutnya, kekompakan adalah kunci terlepas dari teror. Selain itu, lingkup satuan kerja yang terkecil seperti RT pun mesti selalu sigap.

"Setiap saat kita harus bersama-sama mencegahnya dan jangan menunggu kejadian. Ini sangat penting agar lingkungan selalu terjaga dari ancaman kekerasan apa pun," kata Risma.

Seperti diketahui, indikasi menguatnya ancaman terorisme di Surabaya yakni ditangkapnya dua terduga teroris pada Januari 2014. Selain itu terbitnya saran perjalanan (travel advisory) dari Pemerintah Australia dan Amerika Serikat bagi warga negara mereka yang akan atau sedang di Surabaya. Terakhir adalah kasus delapan warga Surabaya yang hilang di Turki. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017