Tidak terasa kini sudah berada di penghujung Ramadhan 1438 Hijriah. Sebentar lagi ibadah puasa yang berlangsung sebulan penuh akan berakhir,  dan masuk ke lembaran baru menyambut Hari Raya Idul Fitri atau Hari Kemenangan, kemenangan dari perang melawan hawa nafsu.

Pada puasa Ramadhan tahun ini tampaknya cukup spesial, karena tidak saja diwarnai peringatan turunnya Al- Quran (Nuzulul Quran),  tapi ada pula peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2017. Dua agenda yang oleh banyak pihak dinilai memiliki pertautan nilai. Puasa Ramadhan adalah pengamalan perintah agama. Sementara mengamalkan ajaran agama adalah perwujudan pengamalan sila dalam Pancasila, utamanya sila pertama , Ketuhanan Yang Maha Esa.

Bukan hanya itu. Dalam puasa Ramadhan juga ditanamkan nilai-nilai kesetiakawanan sosial, peduli kepada sesama, serta rasa persatuan dan kesatuan. Puasa menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, puasa membangun nilai-nilai kebersamaan, puasa juga membawa nilai-nilai kejujuran serta keadilan.     

Terlepas dari adanya pertautan nilai tersebut, tapi yang pasti pada saat itu muncul semangat yang direfleksikan melalui slogan "Saya Indonesia, Saya Pancasila". Slogan itu sempat viral di media sosial kendati mengundang kritik, karena tidak tepat secara makna bahasa. Sebab,  maksud slogan tersebut barangkali sebenarnya adalah "Kita Warga Indonesia, Mari menjalankan, dan Mengamalkan Pancasila".

Seperti diketahui,  Pancasila lahir dari proses panjang dan digali oleh para bapak bangsa. Pancasila mengandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika nilai-nilai tersebut harus diamalkan oleh seluruh warga bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Namun demikian, belakangan sepertinya ada kegundahan dari sebagian warga bangsa bahwa nilai-nilai luhur Pancasila  telah mulai ditinggalkan, diabaikan.  

Menyikapi hal itu, Presiden Joko Widodo tampaknya tanggap, sehingga memandang perlu langkah nyata untuk bisa mengembalikan semangat pengamalan Pancasila. Presiden kemudian membentuk Unit Kerja Presiden bidang Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP PIP). Para intelektual,  tokoh agama maupun tokoh masyarakat  ada di lembaga ini. 

Lahirnya UKP PIP ini bisa jadi tidak sama dengan lembaga yang pernah ada pada masa lalu. Pada masa tahun 70-80-an,  pemerintah pernah gencar mendorong proses internalisasi nilai-nilai Pancasia melalui penataran maupun  simulasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) hingga ke berbagai unsur masyarakat di bawah arahan  Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila  ( BP7). Namun demikian, semangat dari pembentukan lembaga ini mungkin sama, yakni memantapkan pengamalan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Nah, jika ibadah Ramadhan bisa dikatakan sebagai ladang dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila, khususnya Ketuhanan Yang Maha Esa, maka tidak salah jika dalam menyambut Idul Fitri kali ini, internalisasi nilai Pancasila yang telah berjalan ini, perlu terus dipupuk dan digelorakan. Untuk itu, dukungan program dan kinerja UKP PIP tentu sangat diharapkan. Selamat Idul Fitri...Mohon Maaf Lahir Batin...  

Pewarta: Tunggul Susilo

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017