Trenggalek (Antara Jatim) - Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Timur membangun jembatan darurat "bailey" di atas Sungai Tawing yang memisahkan Desa Gandusari dan Sukorejo, Kabupaten Trenggalek dengan sokongan dana "corporate social responsibility" Bank Negara Indonesia sebesar Rp350 juta.
Peresmian jembatan darurat di atas konstruksi jembatan lama yang amblas diterjang banjir bandang pada 2015 tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak, dari sisi jembatan bailey yang berada di Desa Gandusari, Kecamatan Gandusari, Rabu.
"Kami patut bersyukur jembatan yang dulunya sempat hancur lalu amblas terseret banjir ini sekarang sudah ada penggantinya, meski sementara. Mungkin ini berkah ramadhan bagi masyarakat Gandusari dan Sukorejo," kata Bupati Emil saat menyampaikan pidato sambutan menjelang pemotongan pita tanda peresmian.
Tampak hadir dalam seremoni peresmian Kepala Pimpinan cabang BNI Tulungagung Firdaus Andiko, Muspika Gandusari serta sejumlah pejabat SKPD (satuan kerja perangkat daerah) Trenggalek.
Seremoni peresmian digelar sederhana dengan disaksikan warga sekitar yang ditandai pemotongan pita dan dilanjutkan pemeriksaan rangkaian konstruksi jembatan rangka baja yang memiliki panjang sekitar 54 meter tersebut.
Emil berharap, dengan diresmikannya jembatan darurat yang menghubungkan Desa Gandusari dan Sukorejo tersebut bisa mempermudah akses transportasi maupun aliran distribusi ekonomi warga sekitar.
"Jembatan ini tentunya sudah lama dinanti-nantikan masyatakat Gandusari sehingga hari ini kami 'cancel' beberapa jadwal lain demi meresmikan jembatan darurat ini," kata Emil.
Dikatakannya, pembangunan atau pemasangan jembatan bailey merupakan kolaborasi banyak pihak.
Selain pemerintah daerah sendiri yang proaktif mengurus admnistrasi dan mengajukan permohonan bantuan jembatan bailey ke Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, realisasi pengadaan jembatan pada akhirnya disediakan oleh Dinas PU Jatim.
Seluruh proses pengiriman rangkaian baja konstruksi jembatan bailey dari Surabaya hingga sampai di Trenggalek, anggaran pemasangan hingga penyediaan bantalan kayu untuk landasan penyeberangan kendaraan sepenuhnya dibiayai menggunakan dana CSR BNI senilai Rp350 juta.
Proses pemasangan rangkaian jembatan bailey hingga diresmikan total memakan waktu sekitar dua bulan.
"Pemasangan jembatan bailey di Gandusari ini menjadi bagian dari kontribusi BNI dalam pembangunan nasional, di Trenggalek khususnya," kata Kepal Pinca BNI Tulungagung Firdaus Andiko.
Manfaat jembatan bailey diperkirakan akan dirasakan masyarakat Gandusari dan Sukorejo dalam waktu lama.
Bupati Emil mengatakan, pemkab sejauh ini belum bisa memastikan kapan jembatan permanen bakal dibangun untuk menggantikan jembatan lama yang hancur dan hanyut diterjang banjir bandang 2015.
"Di awal ini tidak langsung omong sampai berapa tahun, tidaklah. Kita niatkan sepanjang ini masih layak dimanfaatkan ya bisa terus digunakan masyarakat, sampai kemudian nanti ada peluang lain atau apa baru nanti dipertimbangkan opsi itu (pembangunan)," kata Emil.
Sebelumnya, dampak kerusakan jembatan penghubung Desa Sukorejo dan Gandusari membuat mobilitas warga dan siswa sekolah terganggu.
Banyak warga dan siswa terpaksa menyeberang menggunakan rakit kayu sederhana melintasi Sungai Tawing yang cukup dalam demi bisa sampai tujuan lebih cepat.
Akses ratusan keluarga yang terdampak amblasnya jembatan akibat banjir bandang saat itu sebenarnya tidak putus sama sekali sehingga membuat warga terisolir. Masih ada akses jalan memutar namun dengan jarak cukup jauh.
Beberapa kali jembatan darurat dari bahan kayu dan bambu sempat dibangun, namun tiap kali turun hujan deras yang menyebabkan Sungai Tawing meluap jembatan darurat kayu hasil gotong-royong warga selalu hanyut.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Peresmian jembatan darurat di atas konstruksi jembatan lama yang amblas diterjang banjir bandang pada 2015 tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak, dari sisi jembatan bailey yang berada di Desa Gandusari, Kecamatan Gandusari, Rabu.
"Kami patut bersyukur jembatan yang dulunya sempat hancur lalu amblas terseret banjir ini sekarang sudah ada penggantinya, meski sementara. Mungkin ini berkah ramadhan bagi masyarakat Gandusari dan Sukorejo," kata Bupati Emil saat menyampaikan pidato sambutan menjelang pemotongan pita tanda peresmian.
Tampak hadir dalam seremoni peresmian Kepala Pimpinan cabang BNI Tulungagung Firdaus Andiko, Muspika Gandusari serta sejumlah pejabat SKPD (satuan kerja perangkat daerah) Trenggalek.
Seremoni peresmian digelar sederhana dengan disaksikan warga sekitar yang ditandai pemotongan pita dan dilanjutkan pemeriksaan rangkaian konstruksi jembatan rangka baja yang memiliki panjang sekitar 54 meter tersebut.
Emil berharap, dengan diresmikannya jembatan darurat yang menghubungkan Desa Gandusari dan Sukorejo tersebut bisa mempermudah akses transportasi maupun aliran distribusi ekonomi warga sekitar.
"Jembatan ini tentunya sudah lama dinanti-nantikan masyatakat Gandusari sehingga hari ini kami 'cancel' beberapa jadwal lain demi meresmikan jembatan darurat ini," kata Emil.
Dikatakannya, pembangunan atau pemasangan jembatan bailey merupakan kolaborasi banyak pihak.
Selain pemerintah daerah sendiri yang proaktif mengurus admnistrasi dan mengajukan permohonan bantuan jembatan bailey ke Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, realisasi pengadaan jembatan pada akhirnya disediakan oleh Dinas PU Jatim.
Seluruh proses pengiriman rangkaian baja konstruksi jembatan bailey dari Surabaya hingga sampai di Trenggalek, anggaran pemasangan hingga penyediaan bantalan kayu untuk landasan penyeberangan kendaraan sepenuhnya dibiayai menggunakan dana CSR BNI senilai Rp350 juta.
Proses pemasangan rangkaian jembatan bailey hingga diresmikan total memakan waktu sekitar dua bulan.
"Pemasangan jembatan bailey di Gandusari ini menjadi bagian dari kontribusi BNI dalam pembangunan nasional, di Trenggalek khususnya," kata Kepal Pinca BNI Tulungagung Firdaus Andiko.
Manfaat jembatan bailey diperkirakan akan dirasakan masyarakat Gandusari dan Sukorejo dalam waktu lama.
Bupati Emil mengatakan, pemkab sejauh ini belum bisa memastikan kapan jembatan permanen bakal dibangun untuk menggantikan jembatan lama yang hancur dan hanyut diterjang banjir bandang 2015.
"Di awal ini tidak langsung omong sampai berapa tahun, tidaklah. Kita niatkan sepanjang ini masih layak dimanfaatkan ya bisa terus digunakan masyarakat, sampai kemudian nanti ada peluang lain atau apa baru nanti dipertimbangkan opsi itu (pembangunan)," kata Emil.
Sebelumnya, dampak kerusakan jembatan penghubung Desa Sukorejo dan Gandusari membuat mobilitas warga dan siswa sekolah terganggu.
Banyak warga dan siswa terpaksa menyeberang menggunakan rakit kayu sederhana melintasi Sungai Tawing yang cukup dalam demi bisa sampai tujuan lebih cepat.
Akses ratusan keluarga yang terdampak amblasnya jembatan akibat banjir bandang saat itu sebenarnya tidak putus sama sekali sehingga membuat warga terisolir. Masih ada akses jalan memutar namun dengan jarak cukup jauh.
Beberapa kali jembatan darurat dari bahan kayu dan bambu sempat dibangun, namun tiap kali turun hujan deras yang menyebabkan Sungai Tawing meluap jembatan darurat kayu hasil gotong-royong warga selalu hanyut.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017