Bagi Direktur Eksekutif Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) Oscar Motuloh, foto jurnalistik dan sejarah kebangsaan itu dua hal yang tak terpisahkan.
     
"Foto jurnalistik dan sejarah kebangsaan itu satu paket, karena tidak ada sejarah dari republik ini yang tanpa menyertakan peran fotografer, khususnya foto jurnalistik," ucapnya.
     
Fotojurnalis kawakan itu mengemukakan hal itu saat menghadiri pembukaan pameran hasil workshop fotografi jurnalistik "Sinau Foto 2: Nirmana" di kantor LKBN Antara Biro Jatim (20/5).
     
"Kalau di Jakarta, contohnya adalah foto dan pemberitaan saat pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan atau saat pemuda memburu Soekarno-Hatta di Pegangsaan. Kalau di sini, contohnya adalah foto dalam peristiwa perobekan bendera merah-putih-biru di Hotel Mojopahit, Jalan Tunjungan, Surabaya yang tidak jauh dari sini (kantor Antara Jatim)," ungkapnya.
     
Di hadapan Wagub Jatim H Saifullah Yusuf yang membuka acara itu, sang maestro fotografi jurnalistik itu menyatakan LKBN Antara mampu menyelamatkan lima frame tentang peristiwa itu.
     
"Di seberang hotel itu ada Monumen Pers Perjuangan Surabaya yang sekarang menjadi toko arloji. Di situlah, fotografer pertama LKBN Antara Jatim Abdul Wahab Saleh yang mengabadikan peristiwa perobekan itu," ujarnya.
     
Di gedung bersejarah yang tertulis sebagai Monumen Pers Perjuangan Surabaya itu, fotografer Abdul Wahab Saleh memotret peristiwa heroik Arek-Arek Suroboyo itu dari lantai pertama dan kedua di gedung bersejarah itu.
     
"Abdul Wahab Saleh itu fotografer pertama Antara di sini, karena itu GFJA mampu menyelamatkan lima frame dari bidikan peristiwa perobekan bendera triwarna itu, jadi bukan karya foto IPPHOS," katanya.
     
Oleh karena itu, ia berharap Pemprov Jatim atau Pemkot Surabaya membuka kembali gedung tempat peristiwa itu dari sisi Jalan Tunjungan ke arah Jalan Embong Malang, Surabaya agar masyarakat tahu sejarah peristiwa perobekan di tikungan jalan itu.
     
"Gedung di bawah tulisan Monumen Pers Perjuangan Surabaya itu sudah ditutup pintunya, karena itu saya harapkan dibuka kembali untuk wisata sejarah bagi generasi penerus bangsa ini," katanya.
     
Oscar Motuloh menambahkan GFJA dan Antara Jatim siap membantu "menyulap" gedung yang menjadi saksi sejarah dari fotografer Abdul Wahab Saleh yang juga teman akrab Bung Tomo (wartawan) itu menjadi lebih bernilai wisata.
     
"Keduanya (Abdul Wahab Saleh dan Bung Tomo) merupakan pejuang masa itu yang juga fotografer dan wartawan. Hasil karya mereka menjadi 'saksi' sejarah kebangsaan di Kota Pahlawan ini, jadi, memang satu paket," tuturnya, didampingi Kepala Divisi Foto Perum LKBN Antara, Hermanus P. (*)

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017