Surabaya (Antara Jatim) - Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur menilai surat kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU) adalah bentuk intervensi menghadapi proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi Jatim.

"Saya katakan itu adalah bentuk intervensi karena ini adalah Pilkada sehingga kurang pantas," ujar Koordinator FK3JT Fahrurrozi kepada wartawan di Surabaya, Selasa.

Sebelumnya, surat berisi hasil musyawarah kiai-kiai NU untuk PKB Jatim berupa keinginan agar dilibatkan sebelum memutuskan nama calon Gubernur Jatim periode 2019-2024 beredar ke publik, Minggu (21/5).

Pada surat yang ditujukan ke Ketua DPW PKB Jatim Abdul Halim Iskandar dengan ditandatangani 21 kiai tersebut tertanggal 19 Mei 2017 dengan pimpinan musyawarah KH Anwar Iskandar yang juga pimpinan Pondok Pesantren Al Amien, Kediri.

Menurut Fahrurrozi, adanya surat tersebut juga dinilai seolah mengkotakkan golongan NU karena partai politik di Jatim bukan hanya PKB yang memiliki suara kaum Nahdliyyin.

"Statemen para kiai NU itu membuat elit parpol selain PKB yang juga kader NU menjadi tersinggung. Sebaiknya kiai sepuh mengurusi masalah bangsa saja dan mengayomi umat," ucapnya.

Kendati demikian, Gus Fahrur, sapaan akrabnya, mengaku FK3JT tetap berharap Gubernur Jatim periode 2019-2024 adalah berasal dari NU dan wakilnya merupakan perwakilan unsur birokrat.

"Kalau Gubernur Gus Ipul atau Khofifah, sedangkan wakilnya antara Wahid Wahyudi, Fatah Jasin, Heru Tjahjono. Kalau birokrat tidak memungkinkan maka ya terpaksa Hasan Aminudin yang merupakan mantan Bupati Probolinggo dua periode," katanya.

Sementara itu, Ketua DPW PKB Jatim Abdul Halim Iskandar saat menghadiri pertemuan dengan pengurus wilayah dan pimpinan DPC PKB se-Jatim, Senin (22/5), membantah adanya surat tersebut sama dengan mengintervensi.

"Saya melihat lebih karena kiai-kiai ingin berjalan dalam satu barisan serta berproses dengan santun. Ini sesuatu yang biasa sehingga kalau ada yang mengatakan intervensi, saya katakan sama sekali bukan intervensi," kata Pak Halim, sapaan akrabnya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017