Bangkalan (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, menyediakan lahan seluas 2.500 hektare untuk pengembangan jagung hibrida Madura, hasil penelitian Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo (UTM) Bangkalan.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Holtikultura Abdullah Fanani di Bangkalan, Senin, penyediaan lahan seluas 2.500 hektare itu, sesuai dengan permintaan Gubernur Jawa Timur Soekarwo dalam sebuah diskusi terbatas di UTM Bangkalan belum lama ini.

"Pak Gubernur meminta masing-masing pemkab di Madura, termasuk Bangkalan untuk menyediakan lahan 2.500 hektare untuk uji coba pengembangan jagung hibrida di Madura," ucap Fanani.

Saat ini, sambung dia, pihaknya masih melakukan identifikasi lahan dan petani yang bersedia untuk mengembangkan jagung hibrida Madura tersebut.

"Kami masih melakukan identifikasi lokasi, karena kami tidak ingin nanti kalau sudah berjalan justru petaninya kurang serius menggarap lahan pertanian jagung tersebut," katanya.

Ia menjelaskan, lahan yang dibutuhkan untuk uji coba tanaman jagung hibrida Madura itu, ialah cukup untuk pengairan, dan bukan lahan yang gersang.

Kepada Dinas Pertanian Abdullah Fanani menjelaskan, pihaknya sudah mengikuti rapat yang dilakukan oleh pihak UTM yang melibatkan seluruh kepala dinas pertanian se-Madura.

Dalam rapat itu dijelaskan, bahwa penyediaan lahan untuk pengembangan jagung hibrida Madura itu, nantinya akan dilakukan di empat kabupaten yakni di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Kabupaten Sumenep.

Tujuan permintaan pemprov untuk menciptakan perputaran perkonomian dikalangan petani, sebab jenis jagung hibrida Madura memiliki nilai ekonomi tinggi, dan bisa menjadi ekonomi alternatif di Madura selain tanaman tembakau.

Program Studi (Prodi) Agro Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura (UTM) belum lama ini berhasil mengembangkan Jagung Hibrida Madura sebagai alternatif tanaman jagung lokal Madura.

Riset jagung lokal Madura hasil kerja sama dengan Balitsereal Maros Sulawesi itu dilakukan sejak 2007. Jagung lokal di seluruh Madura dieksplor untuk mendapatkan tetua yang akan dijadikan varietas unggul.

Hasilnya ditemukan sebanyak 16 kultivar (kelompok jagung lokal dengan kekhasannya) jagung Madura. Tiga kultivar ditemukan di Bangkalan, tiga kultivar di Kabupaten Sampang, dua kultivar di Kabupaten Pamekasan, dan delapan kultivar di Kabupaten Sumenep.

UTM selanjutnya melakukan seleksi dan ke-16 kultivar jagung lokal Madura itu menghasilkan variasi biji jagung dengan karakter morfologis berbeda pada setiap galurnya.

Varietas biji dengan galur unggul hasil dari metode itu kemudian disilangkan dengan beberapa genotip jagung unggul dari balitsereal Maros (Sulawesi), tanpa menghilangkan karakter jagung lokal Madura, yakni tahan terhadap kekeringan, rendemennya tinggi, dan daya simpan lama.

Hasilnya, sangat mengagumkan. Sebab panjang tongkol jagung hibrida yang mencapai 20 centimeter, lebih panjang 13 centimeter dari jagung lokal.

Sementara itu, di Kabupaten Bangkalan, luas area tanam jagung mencapai 60 ribu hektare, dan itu akan potensi ekonomi tersendiri bagi masyarakat petani Bangkalan pola tanam dilakukan secara maksimal.

Namun demikian, kehadiran Jagung Hibrida Madura tidak lantas mengesampingkan keberadaan jagung lokal. Itu dikarenakan, jagung lokal Madura masih dibutuhkan sebagai komsumsi, pakan ternak, dan untuk menjaga karakter jagung lokal.

Sementara, terkait pasar, Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Abdullah Fanani menjelaskan, sudah ada perusahaan yang bersedia menampung jagung hibrida dengan harga Rp1.800 per kilogram hingga Rp3.000 per kilogram. (*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017