Trenggalek (Antara Jatim) - Sejumlah nelayan di pesisir Kabupaten Trenggalek, Jwa Timur mulai menikmati panen ikan yang mereka peroleh dengan cara menebar jaring tarik dari tepi pantai setempat.
"Tangkapan mulai banyak sejak dua hari terakhir. Semoga ini pertanda musim (panen) ikan segera datang," kata salah seorang nelayan jaring tarik bernama Gendut di Prigi, Trenggalek, Selasa.
Hari itu, Gendut bersama 20 buruh jaring tarik berhasil mendapat empat keranjang ikan berbagai ukuarn, terutama jenis layur serta lemuru.
Sebagian ikan hasil tangkapan dibeli langsung oleh warga dan wisatawan, sementara sebagian besar lainnya diborong oleh pengepul.
"Karena saat ini belum banyak (tangkapan), harga masih cukup tinggi," ujarnya.
Dalam sehari, Gatot bersama buruh nelayan lain bisa menjaring antara dua hingga tiga kali. Jika dalam sekali tarikan jaring berhasil mendapat empat keranjang ikan dengan volume rata-rata tiga kuintal, dalam dua kali menyebar jaring tarik yang memiliki panjang hingga satu kilometer volume tangkapan bisa mencapai dua kali lipatnya.
"Terkadang, menangkap ikan dengan sistem jaring tarik seperti ini untung-untungan. Kadang dapat banyak seperti sekarang, kadang sedikit saja, tidak sampai sekeranjang," ujar Sobirin, nelayan jaring tarik lain.
Kalau untuk nelayan yang menggunakan kapal sampai sekarang masih sepi, belum ada hasil, katanya.
Menurutnya, banyaknya hasil tangkapan nelayan jaring tarik tersebut tidak bisa diprediksi karena bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung kondisi cuaca serta keberuntungan.
"Istilahnya untung-untungan, kalau lagi banyak ya seperti ini, tapi kalai lagi sepi ya sama sekali tidak dapat ikan," ujarnya.
Gendut mengatakan, hasil tangkapan jaring tarik tersebut bisa menjadi tambahan penghasilan para nelayan di pesisir selatan Trenggalek, mengingat selama dua tahun terakhir terjadi paceklik ikan.
Kondisi tersebut terjadi akibat cuaca buruk serta gelombang tinggi.
Dijelaskan, selama musim paceklik ikan sebagian nelayan memilih untuk beralih pekerjaan dengan mengolah lahan di kawasan hutan maupun jenis pekerjaan lain, sedangkan sisanya mencoba keberuntungan dengan memasang jaring tarik di pesisir pantai.
"Ada juga yang tetap nekat melaut dengan kapal slerek, tapi ya begitu pulang tanpa hasil yang memuaskan," ujarnya.
Sementara itu salah seorang pedagang ikan, Umi Solikah mengatakan, minimnya hasil tangkapan nelayan menyebabkan harga ikan melonjak hingga 50 persen. Ikan jenis layur yang biasanya dijual kurang dari Rp1 juta/keranjang, saat ini meningkat menjadi Rp1,5 juta/keranjang.
"Kalau yang jenis juwi itu lebih murah, satu keranjang Rp250 ribu/keranjang. Kalau pada musim ikan, juwi lebih anjlok lagi, karena jenis ikan ini hanya dipakai untuk tepung dan ikan asin," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Tangkapan mulai banyak sejak dua hari terakhir. Semoga ini pertanda musim (panen) ikan segera datang," kata salah seorang nelayan jaring tarik bernama Gendut di Prigi, Trenggalek, Selasa.
Hari itu, Gendut bersama 20 buruh jaring tarik berhasil mendapat empat keranjang ikan berbagai ukuarn, terutama jenis layur serta lemuru.
Sebagian ikan hasil tangkapan dibeli langsung oleh warga dan wisatawan, sementara sebagian besar lainnya diborong oleh pengepul.
"Karena saat ini belum banyak (tangkapan), harga masih cukup tinggi," ujarnya.
Dalam sehari, Gatot bersama buruh nelayan lain bisa menjaring antara dua hingga tiga kali. Jika dalam sekali tarikan jaring berhasil mendapat empat keranjang ikan dengan volume rata-rata tiga kuintal, dalam dua kali menyebar jaring tarik yang memiliki panjang hingga satu kilometer volume tangkapan bisa mencapai dua kali lipatnya.
"Terkadang, menangkap ikan dengan sistem jaring tarik seperti ini untung-untungan. Kadang dapat banyak seperti sekarang, kadang sedikit saja, tidak sampai sekeranjang," ujar Sobirin, nelayan jaring tarik lain.
Kalau untuk nelayan yang menggunakan kapal sampai sekarang masih sepi, belum ada hasil, katanya.
Menurutnya, banyaknya hasil tangkapan nelayan jaring tarik tersebut tidak bisa diprediksi karena bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung kondisi cuaca serta keberuntungan.
"Istilahnya untung-untungan, kalau lagi banyak ya seperti ini, tapi kalai lagi sepi ya sama sekali tidak dapat ikan," ujarnya.
Gendut mengatakan, hasil tangkapan jaring tarik tersebut bisa menjadi tambahan penghasilan para nelayan di pesisir selatan Trenggalek, mengingat selama dua tahun terakhir terjadi paceklik ikan.
Kondisi tersebut terjadi akibat cuaca buruk serta gelombang tinggi.
Dijelaskan, selama musim paceklik ikan sebagian nelayan memilih untuk beralih pekerjaan dengan mengolah lahan di kawasan hutan maupun jenis pekerjaan lain, sedangkan sisanya mencoba keberuntungan dengan memasang jaring tarik di pesisir pantai.
"Ada juga yang tetap nekat melaut dengan kapal slerek, tapi ya begitu pulang tanpa hasil yang memuaskan," ujarnya.
Sementara itu salah seorang pedagang ikan, Umi Solikah mengatakan, minimnya hasil tangkapan nelayan menyebabkan harga ikan melonjak hingga 50 persen. Ikan jenis layur yang biasanya dijual kurang dari Rp1 juta/keranjang, saat ini meningkat menjadi Rp1,5 juta/keranjang.
"Kalau yang jenis juwi itu lebih murah, satu keranjang Rp250 ribu/keranjang. Kalau pada musim ikan, juwi lebih anjlok lagi, karena jenis ikan ini hanya dipakai untuk tepung dan ikan asin," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017