Surabaya (Antara Jatim) - Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin meminta pengusutan tuntas dalang atau pelaku dibalik adanya spanduk bergambar simbol terlarang di sela demonstrasi menolak tambang emas di Banyuwangi awal April lalu.

"Saya sudah menyuruh Kapolres Banyuwangi untuk mengejar pelaku karena memang ada simbol terlarang yang dibentangkan saat aksi," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Selasa.

Jenderal bintang dua itu mengaku telah mengecek dan melihat gambar spanduk yang dibawa warga bergambar palu arit, termasuk melihatnya dari tayangan di media massa.

Berdasarkan laporan yang diterima, kata dia, penyidik di Polres Banyuwangi saat ini sedang melakukan pendalaman pemeriksaan terhadap saksi-saksi, termasuk saksi ahli yang diharapkan mampu menguak kasus tersebut.

"Kalau sudah diperiksa dan dinyatakan telah ditemukan unsur pidananya maka pasti akan diproses sesuai aturan berlaku," kata orang nomor satu di jajaran kepolisian Jatim tersebut.

Sebelumnya, puluhan warga demonstrasi di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Selasa (4/4), menolak tambang emas di Gunung Tumpang Pitu, yang di dua spanduknya ditemukan gambar berlogo palu arit.

Para demonstran melalui kuasa hukumnya, Amrullah, pada Senin (10/4), menggelar pertemuan dengan Komandan Kodim 0825 Banyuwangi Letkol (Inf) Roby Bulan yang diwakili Pasintel Kapten (Arm) Yonaidi Desianto.

Pada kesempatan tersebut, kuasa hukum mengklarifikasi tentang adanya gambar logo palu arit dalam spanduk unjuk rasa itu.

"Warga mengaku tidak tahu menahu terkait kemunculan logo palu arit dalam spanduk yang mereka bawa dan tentang logo PKI kami kecolongan, dan seluruh warga tolak tambang, saya jamin berhati NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)," katanya.

Ia mengatakan dua spanduk bergambar palu arit yang sekarang bikin gempar tersebut tidak pernah dibuat oleh warga yang menolak tambang karena waktu pembuatan tuntutan tersebut ada aparat dan wartawan yang berada di lokasi. 

"Kami mohon maaf atas kecolongan itu dan tidak ada kaitannya demo tolak tambang dengan lambang komunis. Jumlah spanduk yang dibuat warga saat itu sebanyak 11 buah dan seluruh spanduk yang dibuat telah terpasang di jalan," katanya.

Spanduk bergambar palu arit itu baru diketahui ketika melakukan aksi di depan kantor kecamatan dan berdasarkan keterangan warga, spanduk tersebut pemberian seseorang di tengah jalan. 

"Kami meminta aparat untuk mengusut siapa dalang di balik spanduk berlambang komunis itu dan warga akan memberikan data seluas-luasnya kepada aparat kepolisian, serta warga yang dimintai keterangan akan kooperatif," katanya. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017