Bangkalan (Antara Jatim) - Dinas Pertanian Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, tahun ini mengembangkan jagung hibrida Madura, yakni jenis jagung hasil riset Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan.
 
"Jenis jagung yang kami kembangkan ini mampu hingga 7 ton per hektare, jauh dari rata-rata hasil produksi jagung lokal yang hanya mencapai 2,5 ton per hektare," kata Kepala Bidang Produksi dan Holtikultura Dispertanak Kabupaten Bangkalan Geger Heri Susianto di Bangkalan, Senin.

Ia menjelaskan, baru-baru ini, Program Studi (Prodi) Agro Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura (UTM) berhasil mengembangkan Jagung Hibrida Madura sebagai alternatif tanaman jagung lokal Madura.

Riset jagung lokal Madura hasil kerjasama dengan Balitsereal Maros Sulawesi itu dilakukan sejak 2007. Jagung lokal di seluruh Madura dieksplor untuk mendapatkan tetua yang akan dijadikan varietas unggul.

Hasilnya ditemukan sebanyak 16 kultivar (kelompok jagung lokal dengan kekhasannya) jagung Madura. Tiga kultivar ditemukan di Bangkalan, tiga kultivar di Kabupaten Sampang, dua kultivar di Kabupaten Pamekasan, dan delapan kultivar di Kabupaten Sumenep. 

UTM selanjutnya melakukan seleksi dan ke-16 kultivar jagung lokal Madura itu menghasilkan variasi biji jagung dengan karakter morfologis berbeda pada setiap galurnya.

Varietas biji dengan galur unggul hasil dari metode itu kemudian disilangkan dengan beberapa genotip jagung unggul dari balitsereal Maros (Sulawesi), tanpa menghilangkan karakter jagung lokal Madura, yakni tahan terhadap kekeringan, rendemennya tinggi, dan daya simpan lama.

Hasilnya, sangat mengagumkan. Sebab panjang tongkol jagung hibrida yang mencapai 20 centimeter, lebih panjang 13 centimeter dari jagung lokal.

"Jadi, sangat potensial meningkatkan produksi jagung dan menekan angka impor jagung Indonesia," terang Heri.

Ia menjelaskan, di Kabupaten Bangkalan, luas area tanam jagung mencapai 60 ribu hektare, dan itu akan potensi ekonomi tersendiri bagi masyarakat petani Bangkalan pola tanam dilakukan secara maksimal.

Namun demikian, Heri mengatakan, kehadiran Jagung Hibrida Madura tidak lantas mengesampingkan keberadaan jagung lokal. Itu dikarenakan, jagung lokal Madura masih dibutuhkan sebagai komsumsi, pakan ternak, dan untuk menjaga karakter jagung lokal.

Sementara, terkait pasar, Heri menjelaskan, sudah ada perusahaan yang bersedia menampung jagung hibrida dengan harga Rp1.800 per kilogram hingga Rp3.000 per kilogram.(*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017