Banyuwangi (Antara Jatim) - Akademi BMX Banyuwangi menurunkan 36 pebalapnya dalam ajang Banyuwangi International BMX 2017 yang berlangsung di Sirkuit Muncar, 22 hingga 23 April.
Ketua Akademi BMX Banyuwangi Laksmarion Moll di Banyuwangi, Minggu menjelaskan pihaknya tidak sekadar menjadi tuan rumah di ajang itu, tapi juga menurunkan putra putri terbaiknya.
"Hampir semua kelas yang dipertandingkan di ajang Banyuwangi International BMX 2017 diikuti oleh anggota Akademi BMX Banyuwangi. Semua kelas kami ikuti, kecuali women elite," kata Rion, sapaan akrabnya.
Menghadapi ajang tahunan ini, katanya, Akademi BMX Banyuwangi tak ingin hanya menjadi penggembira. Pihaknya mempersiapkan tim selama satu bulan terakhir. "Semua yang turun di sini, kami latih intensif selama satu bulan. Pagi, siang dan sore hari," tuturnya.
Untuk jadwal latihan, Rion menuturkan, Akademi BMX menggelar jadwal rutin hampir tiap hari. Ada empat hari jadwal latihan yang wajib diikuti oleh atlet-atlet Akademi BMX, serta dua hari latihan yang bisa diikuti atau tidak.
"Kalau tidak sedang mempersiapkan lomba, kami hanya latihan pada sore hari, tapi jika ada lomba kami latihan intensif, tiga kali sehari," ujarnya.
Sebelum pemusatan latihan, lanjut Rion, beberapa peserta juga diikutkan dalam beberapa kejuaraan yang digelar di Malang dan Jepara, Jawa Tengah. "Untuk melatih mental, kami ikutkan di kejuaraan lainnya," katanya.
Berkat pelatihan yang intensif, sejumlah atlet Akademi BMX Banyuwangi menuai prestasi. Sebut saja Wisma Aditya (12), siswa kelas VI, SDN 7 Sumberberas, Muncar, yang meraih juara 1 kategori challenge (12).
Aditya mulai bergabung di BMX ISSI Academy Banyuwangi sejak kelas dua tahun lalu. Juara dengan mencatat waktu 42,44 detik ini mengaku persiapan untuk bisa meraih juara ini cukup ketat. Di bawah bimbingan Catur Bayu Rion Oktora, pelatih Academy, aditya berlatih selama dua bulan penuh di sirkuit ini.
"Latihannya tiga kali dengan rata 13 jam setiap pekannya. Memang harus latihan keras karena pingin jadi juara dunia, meskipun sering ketinggalan ujian sekolah," kata anak pedagang plastik di Muncar ini.
Atlit lainnya dari Akademi BMX ISSI Banyuwangi Saputra Maulidan Dwi Hartono yang turun dalam kelas challange usia 10 tahun, merasa senang dan bangga ikut bertanding pada ajang Banyuwangi International BMX 2017.
"Senang bisa ikut bertanding, apalagi bisa menang juara 3," ujarnya.
Prestasi yang diraih anggota Akademi BMX ini tak lepas dari pelatih-pelatihnya yang berpengalaman. Selain itu, penanganan dan manajemen atlet juga cukup tertata dengan baik. Yang tak kalah pentingnya, Akademi BMX juga selalu diturunkan di setiap ajang perlombaan.
"Di sini kami siapkan pelatih yang mumpuni, manajemen atlet dan pembinaan mental bertanding dengan mengikutsertakan anggota di ajang-ajang perlombaan BMX," katanya.
Cikal bakal akademi ini sebenarnya dirintis sekitar tahun 2000. Dikisahkan Rion, saat itu dirinya yang atlet BMX bersama rekan-rekan seprofesinya membuat semacam sekolah BMX bagi anak- anak sekitar Muncar, Banyuwangi.
"Namun sejak saya meninggalkan Muncar tahun 2005, sekolah BMX ini terhenti. Mereka hanya berlatih dalam kelompok-kelompok kecil, tidak terorganisir," ujar Rion.
Pada tahun 2015, Banyuwangi menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur, yang salah satunya mempertandingkan cabang olahraga BMX. Pemkab lalu membangun sirkuit yang berada di Desa Kedungrejo, Muncar.
Seiring dengan pembangunan sirkuit tersebut, geliat pecinta BMX mulai tumbuh. Klub BMX pun bermunculan di sekitar Muncar.
"Biar manajemen tertata dengan baik, semua pegiat BMX di Banyuwangi kami satukan di Akademi ini. Bahkan banyak para mantan atlet BMX era 90-an yang sekarang mulai mengikutkan anaknya untuk berlatih di akademi ini," ujar Rion.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
Ketua Akademi BMX Banyuwangi Laksmarion Moll di Banyuwangi, Minggu menjelaskan pihaknya tidak sekadar menjadi tuan rumah di ajang itu, tapi juga menurunkan putra putri terbaiknya.
"Hampir semua kelas yang dipertandingkan di ajang Banyuwangi International BMX 2017 diikuti oleh anggota Akademi BMX Banyuwangi. Semua kelas kami ikuti, kecuali women elite," kata Rion, sapaan akrabnya.
Menghadapi ajang tahunan ini, katanya, Akademi BMX Banyuwangi tak ingin hanya menjadi penggembira. Pihaknya mempersiapkan tim selama satu bulan terakhir. "Semua yang turun di sini, kami latih intensif selama satu bulan. Pagi, siang dan sore hari," tuturnya.
Untuk jadwal latihan, Rion menuturkan, Akademi BMX menggelar jadwal rutin hampir tiap hari. Ada empat hari jadwal latihan yang wajib diikuti oleh atlet-atlet Akademi BMX, serta dua hari latihan yang bisa diikuti atau tidak.
"Kalau tidak sedang mempersiapkan lomba, kami hanya latihan pada sore hari, tapi jika ada lomba kami latihan intensif, tiga kali sehari," ujarnya.
Sebelum pemusatan latihan, lanjut Rion, beberapa peserta juga diikutkan dalam beberapa kejuaraan yang digelar di Malang dan Jepara, Jawa Tengah. "Untuk melatih mental, kami ikutkan di kejuaraan lainnya," katanya.
Berkat pelatihan yang intensif, sejumlah atlet Akademi BMX Banyuwangi menuai prestasi. Sebut saja Wisma Aditya (12), siswa kelas VI, SDN 7 Sumberberas, Muncar, yang meraih juara 1 kategori challenge (12).
Aditya mulai bergabung di BMX ISSI Academy Banyuwangi sejak kelas dua tahun lalu. Juara dengan mencatat waktu 42,44 detik ini mengaku persiapan untuk bisa meraih juara ini cukup ketat. Di bawah bimbingan Catur Bayu Rion Oktora, pelatih Academy, aditya berlatih selama dua bulan penuh di sirkuit ini.
"Latihannya tiga kali dengan rata 13 jam setiap pekannya. Memang harus latihan keras karena pingin jadi juara dunia, meskipun sering ketinggalan ujian sekolah," kata anak pedagang plastik di Muncar ini.
Atlit lainnya dari Akademi BMX ISSI Banyuwangi Saputra Maulidan Dwi Hartono yang turun dalam kelas challange usia 10 tahun, merasa senang dan bangga ikut bertanding pada ajang Banyuwangi International BMX 2017.
"Senang bisa ikut bertanding, apalagi bisa menang juara 3," ujarnya.
Prestasi yang diraih anggota Akademi BMX ini tak lepas dari pelatih-pelatihnya yang berpengalaman. Selain itu, penanganan dan manajemen atlet juga cukup tertata dengan baik. Yang tak kalah pentingnya, Akademi BMX juga selalu diturunkan di setiap ajang perlombaan.
"Di sini kami siapkan pelatih yang mumpuni, manajemen atlet dan pembinaan mental bertanding dengan mengikutsertakan anggota di ajang-ajang perlombaan BMX," katanya.
Cikal bakal akademi ini sebenarnya dirintis sekitar tahun 2000. Dikisahkan Rion, saat itu dirinya yang atlet BMX bersama rekan-rekan seprofesinya membuat semacam sekolah BMX bagi anak- anak sekitar Muncar, Banyuwangi.
"Namun sejak saya meninggalkan Muncar tahun 2005, sekolah BMX ini terhenti. Mereka hanya berlatih dalam kelompok-kelompok kecil, tidak terorganisir," ujar Rion.
Pada tahun 2015, Banyuwangi menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur, yang salah satunya mempertandingkan cabang olahraga BMX. Pemkab lalu membangun sirkuit yang berada di Desa Kedungrejo, Muncar.
Seiring dengan pembangunan sirkuit tersebut, geliat pecinta BMX mulai tumbuh. Klub BMX pun bermunculan di sekitar Muncar.
"Biar manajemen tertata dengan baik, semua pegiat BMX di Banyuwangi kami satukan di Akademi ini. Bahkan banyak para mantan atlet BMX era 90-an yang sekarang mulai mengikutkan anaknya untuk berlatih di akademi ini," ujar Rion.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017