Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, melakukan segmentasi pasar untuk menggaet wisatawan datang ke daerah paling timur di Pulau Jawa itu.
"Ini strategi wisata kami. Sebagai pemain baru di industri pariwisata, kami harus tampil beda. Maka kami harus melakukan segmentasi pasar, tidak semua disasar. Sekarang semua daerah bikin festival, maka kami harus bikin strategi pemasaran baru yang tersegmentasi dengan jelas," kata Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Sabtu.
Menurut dia, kalau Banyuwangi membuat pariwisata "park" atau wisata belanja, pasti kalah dibandingkan dengan kota besar. Maka Banyuwangi putar haluan dengan mengincar ceruk pasar yang selama ini tidak digarap daerah lain, tapi sebenarnya punya potensi besar dengan komunitas yang solid.
Pada akhir pekan ini, Banyuwangi menggelar dua kegiatan besar dalam rangkaian Banyuwangi Festival 2017, yakni Festival Kebaya (21-22 April) dan Banyuwangi International BMX (22-23 April).
Dia mencontohkan komunitas penggemar fashion, khususnya kebaya, yang terus berkembang. Maka Banyuwangi menggelar Festival Kebaya di terminal hijau Bandara Blimbingsari. Ini tercatat sebagai Festival Kebaya pertama di Indonesia yang terintegrasi dari beragam workshop perajin lokal hingga peragaan busana.
Model kebaya, katanya, mulai dari yang glamor, kasual, klasik, hingga kontemporer ditampilkan. Sebanyak 100 desainer berpartisipasi dalam ajang itu.
"Banyuwangi ingin mengambil kesempatan sebagai daerah pertama yang mengangkat kebaya sebagai produk kreatif daerah, selain batik. Pasar bisnis kebaya dan komunitasnya sangat besar. Tiap ada acara, kaum perempuan tidak peduli tua atau muda kan selalu berkebaya," ujaar Anas.
Festival Kebaya, kata dia, juga bermakna wisata dan bisnis. Wisata terkait promosi Banyuwangi melalui ajang yang bisa menarik komunitas penggemar kebaya. Adapun aspek bisnisnya terkait dengan potensi pasar yang diharapkan bisa ditangkap oleh perajin-perajin busana lokal.
"Setelah mendapat workshop soal desain dari pelaku nasional, perajin lokal bisa kian percaya diri karena kemampuan desain dan pembuatannya meningkat. Bisa upload desain di media sosial, broadcast di WhatsApp, transaksi-transaksi muncul dari sana," kata Anas.
Dia menambahkan, potensi pasar yang sama ada pada komunitas BMX, sehingga digelarlah International BMX 2017 setelah sukses dihelat pada 2016. Ajang ini diikuti lebih dari 300 pesepeda yang datang dari enam negara.
Banyuwangi International BMX digelar di Sirkuit Muncar yang merupakan satu-satunya sirkuit BMX di Indonesia yang sesuai standar Federasi Balap Sepeda Internasional (Union Cycliste Internationale/UCI).
Menurut Anas, ajang BMX adalah pengembangan wisata minat khusus (special interest tourism). "Ceruk pasar penggemar BMX cukup besar dan solid. Promosinya mudah karena mereka berjejaring di dunia maya. Kami menarik perhatian mereka untuk datang ke Banyuwangi, karena kami punya sirkuit terbaik di Indonesia," kata bupati berusia 43 tahun yang kaya dengan berbgai prestasi ini.
Saat ini, para atlet dan penggemar BMX dari berbagai daerah kerap berlatih di Banyuwangi. Tidak sedikit yang didampingi keluarganya saat berlatih di Banyuwangi. Mereka menginap di hotel dan homestay milik penduduk. Bahkan, atlet tim nasional yang akan bertanding di Olimpiade dan ajang luar negeri juga berlatih di Banyuwangi.
"Jenis BMX menyumbang 20 persen dari total penjualan sepeda. Di Amerika Serikat, ada hampir sejuta penggemar BMX yang menggunakan BMX-nya lebih dari 100 hari per tahun. Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) juga sudah menyatakan, penggemar BMX di Indonesia terus membesar, apalagi BMX sudah resmi dipertandingkan di Olimpiade," kata Anas.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017
"Ini strategi wisata kami. Sebagai pemain baru di industri pariwisata, kami harus tampil beda. Maka kami harus melakukan segmentasi pasar, tidak semua disasar. Sekarang semua daerah bikin festival, maka kami harus bikin strategi pemasaran baru yang tersegmentasi dengan jelas," kata Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Sabtu.
Menurut dia, kalau Banyuwangi membuat pariwisata "park" atau wisata belanja, pasti kalah dibandingkan dengan kota besar. Maka Banyuwangi putar haluan dengan mengincar ceruk pasar yang selama ini tidak digarap daerah lain, tapi sebenarnya punya potensi besar dengan komunitas yang solid.
Pada akhir pekan ini, Banyuwangi menggelar dua kegiatan besar dalam rangkaian Banyuwangi Festival 2017, yakni Festival Kebaya (21-22 April) dan Banyuwangi International BMX (22-23 April).
Dia mencontohkan komunitas penggemar fashion, khususnya kebaya, yang terus berkembang. Maka Banyuwangi menggelar Festival Kebaya di terminal hijau Bandara Blimbingsari. Ini tercatat sebagai Festival Kebaya pertama di Indonesia yang terintegrasi dari beragam workshop perajin lokal hingga peragaan busana.
Model kebaya, katanya, mulai dari yang glamor, kasual, klasik, hingga kontemporer ditampilkan. Sebanyak 100 desainer berpartisipasi dalam ajang itu.
"Banyuwangi ingin mengambil kesempatan sebagai daerah pertama yang mengangkat kebaya sebagai produk kreatif daerah, selain batik. Pasar bisnis kebaya dan komunitasnya sangat besar. Tiap ada acara, kaum perempuan tidak peduli tua atau muda kan selalu berkebaya," ujaar Anas.
Festival Kebaya, kata dia, juga bermakna wisata dan bisnis. Wisata terkait promosi Banyuwangi melalui ajang yang bisa menarik komunitas penggemar kebaya. Adapun aspek bisnisnya terkait dengan potensi pasar yang diharapkan bisa ditangkap oleh perajin-perajin busana lokal.
"Setelah mendapat workshop soal desain dari pelaku nasional, perajin lokal bisa kian percaya diri karena kemampuan desain dan pembuatannya meningkat. Bisa upload desain di media sosial, broadcast di WhatsApp, transaksi-transaksi muncul dari sana," kata Anas.
Dia menambahkan, potensi pasar yang sama ada pada komunitas BMX, sehingga digelarlah International BMX 2017 setelah sukses dihelat pada 2016. Ajang ini diikuti lebih dari 300 pesepeda yang datang dari enam negara.
Banyuwangi International BMX digelar di Sirkuit Muncar yang merupakan satu-satunya sirkuit BMX di Indonesia yang sesuai standar Federasi Balap Sepeda Internasional (Union Cycliste Internationale/UCI).
Menurut Anas, ajang BMX adalah pengembangan wisata minat khusus (special interest tourism). "Ceruk pasar penggemar BMX cukup besar dan solid. Promosinya mudah karena mereka berjejaring di dunia maya. Kami menarik perhatian mereka untuk datang ke Banyuwangi, karena kami punya sirkuit terbaik di Indonesia," kata bupati berusia 43 tahun yang kaya dengan berbgai prestasi ini.
Saat ini, para atlet dan penggemar BMX dari berbagai daerah kerap berlatih di Banyuwangi. Tidak sedikit yang didampingi keluarganya saat berlatih di Banyuwangi. Mereka menginap di hotel dan homestay milik penduduk. Bahkan, atlet tim nasional yang akan bertanding di Olimpiade dan ajang luar negeri juga berlatih di Banyuwangi.
"Jenis BMX menyumbang 20 persen dari total penjualan sepeda. Di Amerika Serikat, ada hampir sejuta penggemar BMX yang menggunakan BMX-nya lebih dari 100 hari per tahun. Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) juga sudah menyatakan, penggemar BMX di Indonesia terus membesar, apalagi BMX sudah resmi dipertandingkan di Olimpiade," kata Anas.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017