Surabaya (Antara Jatim) - Bank Indonesia Perwakilan Jawa Timur menargetkan mampu menekan inflasi di wilayah setempat pada Ramadhan dan Lebaran 2017 serendah mungkin, dengan mengantisipasi gejolak naikknya bahan pangan melalui penyediaan stok yang cukup.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah di Surabaya, Kamis mengaku belum bisa menyebut target angka penekanan inflasi pada Ramadhan atau Lebaran 2017, namun minimal sama dengan tahun 2016 yang mencapai 0,76 persen.

"Biasanya, gejolak harga bahan pangan jelang Ramadhan dan Lebaran akan mendorong nilai inflasi suatu daerah. Oleh karena itu, kami harapkan gejolak tidak ada sehingga bisa menekan angka inflasi, minimal sama dengan prestasi tahun lalu," katanya.

Selain itu, Difi mengakui nilai inflasi Jatim nantinya juga diharapkan lebih rendah dibanding nasional, karena Jatim dianggap barometer ekonomi nasional, sehingga apabila terjadi gejolak akan berimbas langsung pada inflasi nasional. 

"Jatim diharapkan berkontribusi dalam menekan gejolak harga, dan kami akan trus cek semua persiapan dan stok bahan pangan, karena Jatim patokan inflasi nasional," ucapnya.

Sementara berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim pada Maret 2017, Jatim mengalami mengalami deflasi sebesar 0,09 persen, data itu lebih tinggi dibanding nasional yang mengalami deflasi sebesar 0,02 persen.

Deflasi tertinggi terjadi di Probolinggo sebesar 0,29 persen, sedangkan terendah terjadi di Surabaya dan Madiun sebesar 0,06 persen, kemudian disusul Sumenep 0,65 persen, Banyuwangi 0,20 persen, Kediri 0,13 persen, dan Malang 0,09 persen.

Sedangkan laju inflasi Maret 2017 mencapai 1,68 persen, atau lebih tinggi dibanding bulan yang sama tahun 2016 yang hanya mencapai 0,59 persen.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017