Banyuwangi (Antara Jatim) - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Kamis mengunjungi pasien hidrosefalus Farhan Sanjaya (15) yang sudah berhasil dioperasi oleh tim dokter di RSUD Blambangan, Banyuwangi.

Anas yang datang bersama istrinya, Ipuk Festiandani langsung memasuki ruang pasca operasi di mana Farhan dirawat. Farhan telah menjalani operasi pemasangan selang pada Rabu (12/4).

"Alhamdulillah keterangan dari dokter operasinya tadi pagi berjalan lancar," kata Anas sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Atara.

Hidrosefalus merupakan penyakit dengan penumpukan cairan dalam rongga otak sehingga air tidak mengalir dan kepala penderita terus membesar.

Anas menyebut, fasilitas di RSUD Blambangan yang telah naik kelas menjadi rumah sakit Tipe B sudah semakin baik, sehingga beberapa penyakit yang dulu harus dirujuk ke Surabaya, kini bisa ditangani di Banyuwangi, seperti kasus bedah saraf tumor otak, pendarahan otak, dan hidrosefalus yang menyerang organ otak.

Pada kesempatan itu, Anas meminta kepada warga yang mengalami masalah kesehatan, seperti Farhan ini, diharapkan sejak dini bisa membawa anaknya berobat untuk menjalani perawatan. Dengan perawatan dini, peluang sembuh akan semakin besar.

"Seringkali warga enggan dan takut membawa anaknya ke rumah sakit. Padahal saat ini, pemerintah telah menyediakan anggaran untuk penanganan semacam ini. Apabila tidak memiliki JKN-KIS, bagi kalangan tidak mampu bisa ditangani dengan Surat Pemberitahuan Miskin (SPM), sehingga biaya pengobatan dan operasi gratis," kata Anas.

Menurut Anas, ketidaktahuan ini sering menjadi permasalahan, sehingga keluarga terlambat membawa keluarganya ke rumah sakit. "Seperti yang dialami Farhan, petugas kesehatan dari rumah sakit harus beberapa kali membujuk keluarga agar mau dioperasi. Siapapun yang melihat ada warga yang membutuhkan pertolongan kesehatan, segera laporkan RT, kepala desa, camat, atau langsung lapor ke saya. Pasti kami upayakan untuk tangani," katanya.

"Tetangga juga harus peduli. Ada tetangganya punya massalah, harus diketahui dan dilaporkan," ujar Anas.

Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr. Widji Lestariono menambahkan bahwa sebelumnya pasien Farhan telah mendapat perawatan, termasuk pemeriksaan lengkap CT scan, dan diminta untuk rutin kontrol.

Dari data yang diperoleh dari puskesmas dan RSUD Blambangan yang pernah menangani pasien Farhan menyebutkan bahwa Maret 2016  pasien itu menjalani CT scan, dan satu bulan kemudian kontrol.

"Sejak itu pasien tidak pernah kontrol lagi ke RSUD. Meski enggan kontrol, puskesmas sebenarnya tetap memantau kondisinya. Bahkan Februari lalu Puskesmas Badean juga memantau sembari mengusahakan agar pasien ini bisa mendapatkan Surat Pernyataan Miskin untuk pembiayaan perawatannya. Pengobatan Farhan ini juga sudah dicover pemerintah," kata dr. Rio, panggilan akrabnya.

Farhan selama ini tidak tinggal bersama orang tua, tapi dititipkan pada neneknya. Orang tua Farhan tinggal di Desa Pandan, sedangkan nenek Farhan tinggal di Desa Bomo.

"Kemungkinan karena itu sehingga Farhan jarang melakukan kontrol," kata dr. Rio.

Sementara itu, dr. Firman Adi Sanjaya, SpBS yang memimpin operasi tersebut, menyatakan kondisi pasien ini saat ini secara umum stabil pascaoperasi. Tim dokter melakukan pemasangan Ventriculoperitoneal (VP) shunt, menempatkan selang yang menghubungkan otak dengan rongga perut.

"Fungsinya selang ini akan membawa cairan yang diproduksi otak menuju rongga perut untuk bisa dikeluarkan dari tubuh," kata dr. Firman. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017