Tulungagung (Antara Jatim) - Bank Indonesia Kediri, Jawa Timur, memberikan 9.500 bibit kopi jenis arabika pada petani di Kediri-Tulungagung, sebagai upaya mengembangkan potensi lokal ekonomi warga.
     
"Salah satu peran kami mengembangkan lokal ekonomi 'development' dan kami lihat komoditas yang mempunyai potensi bisa dikembangkan kopi," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kediri Djoko Raharto saat menghadiri acara penanaman kopi arabika di Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu.
    
Ia mengatakan, BI Kediri memberikan 9.500 bibit tanaman kopi jenis arabika. Jenis ini dipilih karena kualitasnya dan harga jual yang lebih baik ketimbang jenis robusta. Bahkan, jika dikelola dengan baik, harga jualnya bisa dua kali lipat dari jenis robusta.
     
Ia menyebut, tanaman kopi itu diberikan pada kelompok tani di Desa Medowo, Kecamatan Kandangan, dan petani di kawasan air terjun Irenggolo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri. Sedangkan, satu lagi di Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung.
     
Di Kecamatan Sendang, ia menyebut, petani sebenarnya banyak yang bercocok tanam kopi, tapi mayoritas jenis robusta. Terdapat jenis arabika, tapi jumlahnya hanya 10 batang pohon.
     
"Selama ini, pengelolaan masih tradisional belum didasari pengetahuan cukup. Kami ajak dialog dengan kelompok masyarakat yang kami tindaklanjuti dengan pelatihan bersama," katanya.
     
Ia mengatakan, para petani mendatkan pendampingan soal penanaman kopi jenis arabika, seperti pelatihan tentang budidaya dan produksi. Bahkan, BI juga membantu dengan memberikan alat proses produksi pada kelompok tani di Desa Geger, ini dengan harapan kualitas kopi yang dihasilkan juga bisa maksimal.
    
"Jadi, mereka dibekali budidaya. Dan selama prosesnya, kami berharap kualitasnya bagus dan harganya ini (kopi jenis arabika) tinggi, bisa dua kali lipat dari jenis robusta," katanya. 
     
Sementara itu, Hadi Sutrimo, salah seorang petani kopi di Desa Geger, Kecamatan Sendang, ini mengatakan tanaman kopi di daerah ini sudah banyak yang harus diremajakan. Produksi kopi saat ini kosong, padahal saat musim kopi tanamannya bisa menghasilkan lebih dari 3 kuintal. 
    
"Saya punya 200 batang pohon kopi, dan itu pun usianya sudah di atas 15 tahun. Untuk jenisnya robusta, tapi saya tertarik menanam arabika karena pasarnya lebih bagus," katanya.
     
Ia mengatakan, selama ini kopi yang diproduksinya, jenis robusta harga jual hanya Rp25 ribu per kilogram. Ia mendengar harga jual kopi jenis arabika bisa dua kali lipat.
     
Ia menyambut baik dukungan dari BI tersebut, dan ia pun berharap pemerintah daerah juga memerhatikan sektor perkebunan kopi, agar bisa terus berkembang. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017