Surabaya (Antara Jatim) - Lembaga survei dan analisa Berpikir Institute menilai peluang seorang kader murni partai politik untuk memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur pada 2018 sangat rendah.

"Berdasarkan analisa dan data yang kami lakukan, potensi menang bagi partai politik yang mengusung calonnya sendiri sebagai gubernur adalah sangat rendah," ujar Direktur Eksekutif Berpikir Institute Romel Masykuri kepada wartawan di Surabaya, Rabu.

Menurut dia, dilihat dari keragaman calon kandidat potensial yakni pemilik poin tertinggi adalah kader non-partai, maka partai pengusung potensial idealnya melakukan koalisi ideologi serumpun dan koalisi besar lintas ideologi.

Ia menjelaskan, dari indikator inkumbensi yang meliputi prestasi, bersih dan akuntabel, nama Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa bersaing, yaitu 8-8-8 dan 8-8-7.

Begitu pula di indikator popularitas yang meliputi daerah, wilayah dan nasional, keduanya sama-sama bernilai 8-8-8.

Tak itu saja, dari indikator penerimaan partai politik yang meliputi intra, inter dan koalisi sama-sama mencapai angka 8-8-8.

"Dua kandidat tersebut bukan kader murni salah satu partai politik dan sangat berpeluang memenanginya. Artinya, sangat rendah kemungkinan kader partai menyaingi, bahkan memenangi Pilkada," ucapnya.

Dari nilai total analisa lembaganya, kata dia, partai politik harus berhitung untuk mengusung kader atau pimpinan partainya maju sendirian sebagai kandidat, terutama calon gubernur.

"Dibutuhkan koalisi partai pengusung komposisi pasangan ideal yang mempunyai kekuatan signifikan sehingga memudahkan mesin partai bisa bekerja optimal dalam pemenangan Pilkada Jatim mendatang," katanya.

Selain itu, melihat dari jumlah partai di DPRD Jatim dan perolehan kursinya, terdapat tiga skenario efektif yaitu dari satu partai, koalisi dua partai, serta koalisi lebih dari dua partai untuk mengusung tiga pasang kandidat calon gubernur maupun wakilnya. 

Sementara itu, hasil analisa dan perolehan data dari nilai-nilai tersebut didapat dengan cara menganalisa forecasting politik bagi kandidat selama Februari-April 2017 menggunakan data sekunder.

Sumber data yang digunakan berasal dari sumber resmi kementerian terkait penghargaan, lembaga nasional dan internasional terhadap kinerja institusi pemerintah dan perseorangan.

Berikutnya, berdasarkan hasil survei agregat yang dilakukan berbagai lembaga kredibel dalam rentang 2004-2016, kemudian analisis media massa (rekam jejak figur), dan analisis persepsi elit politik (wawancara dan opini di media massa).

Metode analisis yang digunakan adalah konversi hasil memasukkan sumber dalam skala interval 1-9, dengan 1-3 (lemah), 3-5 (sedang), 5-7 (kuat) dan 7-9 (sangat kuat). (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017