Tulungagung (Antara Jatim) - Gerakan Pemuda Ansor bersama Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser) melakukan penghadangan aksi konvoi jamaah Hizbut Tahrir Indonesia yang sedang melakukan aksi Kirab Panji Rosululloh di perbatasan Trenggalek-Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu.
    
Sempat terjadi ketegangan saat seratusan anggota Banser Tulungagung memaksa rombongan HTI dari Trenggalek berhenti di perbatasan daerah itu memaksa seluruh peserta kirab mencopot semua atribut HTI maupun panji yang mereka kirab.
    
Namun setelah bersitegang sesaat dan ditengahi aparat kepolisian dan TNI, massa HTI akhirnya bersedia mengalah, mencopot segala atribut yang dikenakan serta membubarkan diri.
    
"Penghadangan dan pembubaran paksa kami lakukan karena kegiatan mereka dengan membawa misi konsep khilafah dalam kehidupan bernegara berpotensi memecah-belah umat," kata Ketua Pengurus Cabang GP Ansor Kabupaten Tulungagung Syahrul Munir kepada Antara.
    
Munir mengatakan, aksi penghadangan mereka lakukan di Desa Notorejo, Kabupaten Tulungagung yang berada persis di perbatasan daerah itu dengan Trenggalek, sekitar pukul 06.30 WIB hingga 07.30 WIB.
    
Ia mengakui aktivis Ansor dan Banser yang berjumlah 130-an orang sempat melucuti bendera khilafah maupun alat peraga dan atribut lain yang dibawa massa HTI menggunakan empat kendaraan roda empat dan sejumlah sepeda motor dari arah Trenggalek hingga sampai di perbatasan Tulungagung.
    
"Mereka berniat estafet Panji Rosululloh dengan membawa misi khilafah mulai dari Ponorogo hingga Banyuwangi yang puncaknya digelar besok (Minggu, 2/4) di Masjid Al-Akbar, Surabaya. Ansor dan Banser tegas menolak kegiatan itu karena sudah bertentangan dengan prinsip dan komitmen NU sebagai garda terdepan menjaga keutuhan NKRI. NKRI harga mati," katanya.
    
Ketua HTI Kabupaten Trenggalek dr Fahrul Ulum mengatakan kegiatan yang mereka gelar sebenarnya hanyalah edukasi ketauhidan dengan mengingatkan sejarah keislaman di zaman Nabi Muhammad SAW.
    
"Melalui kegiatan itu HTI melakukan kirab Panji Rosululloh, yakni panji aliwak yang berwarna putih dan aroyah yang berwarna hitam. Dua panji ini selalu dibawa Rosululloh kemanapun pergi sebagai simbol perjuangan dan syiar yang dilakukan kala itu," kata Fahrul menjelaskan melalui sambungan telepon.
    
Ia menegaskan, HTI berkingingan melakukan kegiatan edukasi sekaligus sosialisasi kepada masyarakat, khususnya umat muslim di Tanah Air tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW sehingga bisa meneladaninya sesuai ajaran Islam.
    
"Tentang konsep khilafah, HTI sifatnya memberikan tawaran. Logikanya sama seperti tawaran menggunakan listrik, berhemat dalam pemaikaiannya dan sebagainya. Artinya dalam dinamikanya tawaran itu bisa saja diterima atau ditolak, sehingga kami (HTI) mengedepankan dialog," katanya.
    
Soal tudingan misi khilafah yang diusung HTI berpotensi memicu perpecahan umat, Fahrul menegaskan mereka selalu menyampaikan bahwa gagasan konsep khilafah dalam sistem bernegara di Indonesia adalah penawaran yang diajukan ormas HTI kepada rakyat Indonesia, bukan sebuah konsep paksaan yang harus dijalankan.
    
Dikonfirmasi terpisah, Wakapolres Tulungagung Kompol I Dewa Gede Julaiana membenarkan adanya aksi penghadangan konvoi atau kirab Panji Rosululloh HTI oleh massa Ansor dan Banser Tulungagung di perbatasan Trenggalek-Tulungagung.
    
"Kami hanya memantau dan memastikan keamanan tetap kondusif," ujarnya.
    
Selain di perbatasan Trenggalek-Tulungagung, massa Ansor-Banser lain juga terpantau bersiaga melakukan penghadangan di beberapa titik perbatasan Tulungagung-Kediri, Tulungagung-Blitar, perbatasan kota Blitar maupun Blitar-Malang.(*)    

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017