Malang, (Antara Jatim) - Pembangunan tempat pengolahan dan pengelolaan sampah dengan sistem "sanitary landfill" di tempat pembuangan akhir (TPA) Supiturang Kota Malang, Jawa Timur, ditargetkan tuntas 2019 dan menjadi percontohan di Jatim.
   
 Wakil Wali Kota Malang Sutiaji di Malang, Sabtu mengemukakan pembangunan sanitary landfill tersebut ditangani Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan rencananya dimulai tahun ini.
    
"Sekarang sudah masuk tahapan lelang. Pembangunannya dilakukan oleh Kementerian PUPR. Pemkot Malang hanya menyediakan lahan dan itu sudah selesai tahun lalu," katanya.
    
Pembangunan (pengerjaan) sanitary landfill di TPA Supiturang tersebut merupakan tindak lanjut dari kerja sama dengan Bank Pembangunan Jerman yang sudah ditandatangani sejak 2010.
    
Pemkot Malang menyediakan lahan di kawasan TPA Supiturang seluas 31 hektare yang sebagian baru dibebaskan dari warga sekitar. Dari luasan itu, sekitar 5-10 hektare dipakai untuk pengolahan sampah dengan sistem sanitary landfill.
    
Lebih lanjut, Sutiaji mengatakan pembangunan sanitary landfill tersebut menggunakan dua sumber dana yang jumlahnya mencapai sekitar Rp200 miliar. Dana itu bersumber dari pinjaman Bank Pembangunan Jerman dan hibah dari Kedutaan Swiss melalui program SECO (State Secretariat for Economic Affairs).
    
Hanya saja, katanya, dana tersebut dikelola langsung oleh Kementerian PUPR. "Sekarang DED-nya sudah selesai dan kini tahapannya mulai masuk lelang. Tahun 2019 ditargetkan selesai, bahkan menjadi percontohan di Jatim. Ada tiga daerah di Jawa Timur yang pengelolaan sampahnya bakal menggunakan sistem sanitary landfill, yakni Kota Malang, Sidoarjo dan Jombang," urainya.
    
Sebelumnya, Head of SECO Kedutaan Swiss di Indonesia Martin Stottele mengemukakan terpilihnya Kota Malang mendapatkan bantuan pembangunan TPA dengan sistem landfill tersebut, karena ada sejumlah kriteria dan pertimbangan, di antaranya motivasi dari pemerintah untuk mengolah dan mengelola sampah serta dukungan dari masyarakat setempat.
    
Ia menjelaskan nantinya pembangunan di bawah pengawasan konsultan dari Bank Pembangunan Jerman dan pendampingan pengelolaan sampah dilakukan oleh tim Emision Reduction in Cities, Solid Waste Management (ERiC SWM) SECO Kedutaan Swiss untuk Indonesia di Jakarta.
    
"Motivasi Pemkot maupun masyarakat Malang sangat bagus dalam mengolah dan mengelola sampah menjadi lebih berguna untuk berbagai kebutuhan," katanya.
    
Produksi sampah domestik dan industri di Kota Malang rata-rata mencapai 600-800 ton per hari. Sebelum masuk ke TPA Supiturang, sampah tersebut dipilah terlebih dahulu di TPS. Sedangkan sampah yang sudah masuk TPA, gas metannya dimanfaatkan untuk pembakaran sebagai pengganti elpiji bagi warga sekitar TPA.
    
Ada sekitar 300-400 kepala keluarga (KK) yang memanfaatkan gas metan TPA Supiturang untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sehari-hari, terutama untuk memasak.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017