Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya H. Achmad
Muhibbin Zuhri menilai K.H. Hasyim Muzadi adalah sosok yang sederhana, egaliter, pengayom dan sangat cerdas.

"Kesederhanaannya sangat tampak. Beliau sangat bersahaja dalam penampilan dan gaya hidup," kata Muhibbin Zuhri kepada Antara di Surabaya, Kamis.

Menurut dia, Hasyim Muzadi tidak sok menggambarkan kebesaran beliau sebagai tokoh kaliber nasional atau bahkan internasional. Begitu juga saat menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

"Coba aja lihat, meski berada di puncak kariernya sebagai ketua umum PBNU, sepatunya tetap bata," katanya.

Ia mengatakan Hasyim sangat dekat dan peduli terhadap kader-kader NU. Selain itu, egaliter dan tidak menciptakan jarak antara senior dan yunior. "Beliau peduli terhadap kadernya, bahkan dalam soal pribadi
sekalipun, beliau tidak jarang membantu menyelesaikannya," katanya.

Disamping itu juga, lanjut dia, Hasyim merupakan orator ulung. Pidato-pidatonya dan prasarannya sangat bermutu, tetapi disampaikan dalam bahasa yang dapat diterima semua kalangan.

"Joke-jokenya. Sangat segar, tapi bermakna. Beliau menyampaikan kritik keras dengan cara yang soft, tidak menyakitkan. Malah membuat yang dikritik bisa tersenyum. Sebuah cermin kecerdasan dan wisdom yang
menyatu dalam pribadi beliau sebagai pemimpin," ujarnya.

K.H. Hasyim Muzadi, kata dia, merupakan sosok ulama NU yang dapat diterima oleh semua kelompok, bahkan yang berbeda-beda orientasi ideologinya dari kanan sampai kiri, kalangan elit sampai grass-root.

"Beliau melakukan moderasi dengan caranya yang unik dan gaya yang khas. Beliau adalah contoh pemimpin yang moderat, tapi teguh pada prinsip dan perjuangan ideologi NU. Selamat jalan pak Hasyim. Semoga
Allah SWT. Memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya," katanya.

Diketahui mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Hasyim Muzadi wafat di Ponpes Al-Hikam, Malang, Jawa Timur pada Kamis pukul 06.15 WIB. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017