Surabaya (Antara Jatim) - Kota Surabaya mempunyai cara mengurangi volume sampah masuk tempat pembuangan akhir (TPA) dan pantai melalui program pengelolaan sampah mandiri seperti yang ada di Jambangan dan Sutorejo.
     
 "Sampah dipilah dan dikelola dari sumbernya (rumah tangga) oleh masyarakat. Sebab, kalau sampah tidak dikurangi dan tidak dikelola dengan baik, TPA-nya bisa tidak muat," kata Sekretaris Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya, Aditya Waskita di Surabaya, Senin.
      
Menurut dia, Kota Surabaya telah menjadi role model bagi banyak kota/kabupaten di Indonesia dalam hal pengelolaan sampah melalui program 3 R (reduce, reuse dan recycle). 
      
Ia mengatakan ada banyak inovasi telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam pengelolaan sampah yang itu selaras dengan tujuan pemerintah pusat guna mewujudkan Indonesia bersih sampah pada 2020.  
      
 Ke depan, lanjut dia, selain terus mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA di Benowo, Pemkot Surabaya juga fokus untuk mencegah timbunan sampah menuju ke pantai/laut.
      
Pemkot Surabaya selama ini, kata dia, telah melakukan banyak hal untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA Benowo, seperti halnya pada 2016, volume sampah yang masuk ke TPA Benowo mencapai kurang lebih 1.500 ton sampah. Sebagian besar merupakan sampah organik dengan prosentase 60 persen, sisanya sampah anorganik. 
     
Untuk mengurangi sampah ke TPA Benowo, kami punya program pengelolaan sampah mandiri. Selain pemilahan sampah mandiri dari rumah-rumah warga, Pemkot Surabaya juga memiliki 26 rumah kompos. 
     
Selain itu, lanjut dia, pemkot juga memiliki pusat daur ulang sampah di Jambangan dan juga di Sutorejo. Serta, di setiap kelurahan ada fasilitas lingkungan yang berperan untuk mengedukasi masyarakat perihal pentingnya pengelolaan sampah dar rumah. 
     
"Sampah-sampah yang diangkut ke TPA, diangkut pakai mobil compactor, tidak lagi memakai bak terbuka. Meskipun belum semua. Tapi kami usahakan semua (bak) tertutup," ujarnya.  
     
Khusus untuk mengurangi sampah yang menuju ke laut, Aditya menyebut hal itu selaras dengan komitmen pemerintah pusat untuk menjaga destinasi wisata laut agar tidak terkena gangguan sampah. 
     
 Untuk mencegah sampah mengalir ke laut, Pemkot telah melakukan berbagai upaya. "Kami ada lomba kebersihan antar-kampung di bantaran sungai. Kami juga memasang trap (perangkap) sampah di sungai supaya sampah tidak ke laut. Termasuk juga bekerja sama dengan Dinas PU Bina Marga untuk mengambil sampah yang ada di saringannya rumah pompa," ujarnya.
     
Dosen Biologi Fakultas MIPA Unesa, Winarsih mengatakan dalam pengelolaan sampah, yang paling penting adalah menggerakkan masyarakat. Dia menilai Pemkot Surabaya telah mampu mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut aktif dalam pengelolaan sampah. 
     
 Salah satunya melalui lomba kebersihan seperti Surabay Green and Clean dan Merdeka dari Sampah. "Penting untuk mengdepankan asas kebersamaan dalam pengelolaan sampah. Sebab, Pemkot tentu tidak bisa ngopeni sendiri. Semakin banyak warga yang sudah mengolah sampah dari sumbernya, tentunya akan semakin bagus," ujar Winarsih. (*)
Video oleh: Abdul H

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017