Malang, (Antara Jatim) - Bupati Malang Rendra Kresna mengakui jika penanganan sampah di wilayahnya masih cukup berat, terutama perilaku masyarakat yang masih membuang sampah di sembarang tempat, bahkan di sungai.

"Memang cukup berat menangani sampah ini, apalagi masih banyak warga yang membuang sampah di sungai atau dengan cara dibakar. Namun, kami yakin pada 2020 Kabupaten Malang akan bebas dari sampah," kata Rendra Kresna di sela Jambore Sampah I dalam rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional 2017 di TPA Wisata Edukasi Talangagung, Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis.

Optimistis Bupati Malang tesrebut, selain didasarkan pada Program Pemerintah Pusat mengenai Bebas Sampah 2020, juga mengacu pada tumbuh kembangnya kesadaran masyarakat dalam penanganan sampah di wilayahnya masing-masing.

Kesadaran warga, lanjut Rendra, semakin baik dan bisa dilihat dari bermunculannya bank sampah di desa-desa maupun Tempat Penampungan Sampah Terpadu (TPST) 3R. Meski sampai sekarang masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan.

Lebih lanjut, Rendra mengatakan dengan beban  sampah  setiap tahunnya sekitar 400 ribu ton, yang bisa ditangani secara komprehensif sekitar 20 persen lebih melalui TPA, TPST 3R dan Bank Sampah. Sisanya masih ditangani secara perorangan maupun kelompok-kelompok yang terkadang tidak mengetahui pola penanganan sampah dengan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Dalam Jambore Sampah I di Kabupaten Malang tersebut, Bupati Rendra Kresna juga mendeklarasikan Lihat Sampah Ambil atau "LISA" kepada seluruh peserta Jambore Sampah I yang berjumlah 400 orang dari berbagai sekolahan dan tamu undangan.

"Kami minta seluruh camat mendukung program penanganan sampah di wilayahnya masing-masing dengan target minimal 1 Desa 1 Bank Sampah. Dengan program ini saya yakin bisa. Begitu pula dengan LISA yang nanti akan lebih difokuskan kepada anak-anak sekolahan," urainya.

Pada kesempatan itu, Ketua DPD Partai Nasdem Jatim tersebut juga mengapresiasi keberadaan TPA Wisata Edukasi Talangagung yang berhasil memproses sampah menjadi gas yang dimanfaatkan oleh warga setempat.

"Keberhasilannya bisa membantu warga sekitar Rp1 juta per tahun sebagai biaya bahan bakar untuk memasak, karena pengelola mampu memproses sampah dengan 3R," kata Rendra sambil menceritakan tragedi TPA Leuwi Gajah Cimahi yang longsor dan menyebabkan 157 nyawa melayang akibat banyaknya sampah yang berada dilokasi tanpa adanya proses yang tepat.

Di TPA Leuwi Gajah Cimahi itu, katanya, sampah yang dibuang dari beberapa kota di tumpuk begitu saja tanpa ada pengolahan, sehingga mengakibatkan longsor yang juga melenyapkan dua  pemukiman penduduk, yakni Kampung Cilimus dan Kampung Pojok.

"Berkaca dari targedi itulah kami harus benar-benar fokus dalam mengelola dan mengolah ratusan tibu ton yang dihasilkan setiap tahun," paparnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017