Malang (Antara Jatim) - Wali Kota Malang Moch Anton mengemukakan Bhumi Arema saat ini menjadi miniatur, bahkan "wajah" Indonesia karena warga dari beragam golongan, ras, agama, dan daerah di Tanah Air tinggal serta menetap di kota itu.
    
"Meski dihuni warga dari berbagai daerah, golongan, ras, dan agama, masyarakat, khususnya pemuda harus bisa memberikan contoh positif bagi pemuda di daerah lain," kata Anton saat memaparkan materinya dalam seminar kebangsaan bertema Konsolidasi Wawasan Kebangsaan Pemuda Se-Malang Raya, Peran Pemuda dalam Mempertahankan NKRI dan Menanggulangi Krisis Konstitusi, Intoleransi, dan Radikalisme di Resto Baiduri Sepah Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (15/2).
    
Dalam konteks perguruan tinggi saja, kata Anton, ada puluhan kampus dengan jumlah keseluruhan mahasiswa sekitar 300 ribu jiwa. "Ini kan berarti pemuda semua. Dalam konteks kemajemukan, sudah jelas mereka semua majemuk dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia, belum lagi dari luar negeri," urainya.
    
Ia mengemukakan selain dari berbagai daerah di Tanah Air, mahasiswa yang menempuh pendidikan di Kota Malang juga ada yang dari luar negeri. Ada mahasiswa dari 25 negara lain. Walaupun berbeda-beda suku, bahasa, agama, dan lain sebagainya, pemuda dan warga lainnya harus menciptakan kondusivitas. Kota Malang harus bernuansa aman, tentram dan nyaman.
    
"Keberlangsungan NKRI ini ada di tangan pemuda. Pemuda harus membangun karakter mental, juga menyiapkan diri ke depan untuk membangun negara ini. Kota Malang tentunya punya kebijakan dan terobosan untuk menopang kreativitas pemuda ini," ucapnya.
    
Pemkot Malang, katanya, sudah menyediakan sejumlah wadah dan wahana untuk menampung kreativitas para pemuda itu, seperti Malang Creative Fusion (MCF). "Saya menyadari jika pemuda termasuk mahasiswa merupakan kelompok yang kritis, namun kekritisan ini harus diikuti oleh pandangan obyektif dalam melihat sebuah persoalan," jelasnya.
    
Sementara itu Dandim 0833 Kota Malang Letkol (Arm) Aprianko Suseno mengatakan kemajuan bangsa Indonesia tidak pernah lepas dari peran pemuda. Dan, generasi muda harus memahami terorisme, sparatisme, narkoba, laten komunis dan wawasan kebangsaan karena pemahaman itu akan menjadikan benteng yang kokoh bagi bangsa dan negara.
    
"Hal itulah yang harus dipahami betul generasi muda  sekarang. Karena maju mundurnya suatu bangsa berada di tangan pemuda. Kuat tidaknya peran pemuda dalam mempertahankan NKRI dan menanggulangi krisis konstitusi, intoleransi dan radikalisme itu, ditentukan oleh sikap pemuda dalam menentukan perubahan bangsa ke depan," paparnya.
    
Belajarnya darimana, ucapnya, semua pihak harus berkaca ke belakang melihat peristiwa para pejuang merebut kemerdekaan. Bagaimana pemuda dulu memiliki semangat dan kegigihan yang  tinggi dalam memperjuangkan dan mempertahakan NKRI.
    
Aprianko mencontohkan peristiwa Timor Timor pada tahun 1999 yang lepas dari negara kedaulatan RI. Dari hal itu, dia mengimbau kepada pemuda ada pergerakan nyata dalam upaya menjaga keutuhan NKRI. Pemuda jangan sampai terprovokasi dengan aksi radikalisme, agama, teroris, dan komunis yang sekarang mengancam negara ini.
    
"Kami berharap para pemuda menyadari dan mendalami wawasan kebangsaan, sehingga tidak salah mengaktualisasikan diri," ujarnya.(*)

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017