Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengingatkan generasi muda terhadap bahaya penyalahgunaan internet dan teknologi informasi karena dikhawatirkan menimbulkan perdebatan yang mengacu pada konflik kepentingan tertentu.

"Kemajuan teknologi sangat pesat sehingga harus bisa dimanfaatkan dengan baik, bukan malah disalahgunakan," ujarnya di sela membuka seminar nasional kebangsaan bertema "Hoax dan Dunia Akademik" di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, penggunaan internet harus untuk kepentingan produktif karena perkembangannya saat ini cukup pesat dan memudahkan banyak pengguna memenuhi kebutuhannya.

Di Indonesia sendiri, kata dia, pengguna internet setiap tahun sangat berkembang, bahkan tahun ini mencapai 132 juta jiwa, yang diperkirakan tahun 2017 bisa mencapai 140 juta pengguna.

"Tidak seperti media yang lain, internet memungkinkan penggunanya untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi, serta pemikiran apapun secara instan dan murah lintas batas negara," ucap Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Orang nomor dua di Pemprov Jatim tersebut menyampaikan banyak tantangan yang dihadapi karena perkembangan internet, termasuk berita bohong, berita palsu, maupun wacana SARA yang mengarah serta mengancam perpecahan bangsa.

Berdasarkan data yang dimilikinya, di Indonesia 800 ribu lebih situs penyebaran berita bohong, sebanyak 70 persennya menyebar lewat media sosial (facebook, twitter, instagram, path dan lain-lain), 20 persennya menyebar lewat tayangan pesan (sms, whatsapp, bbm, line dan lain-lain), 10 persennya blog, email dan lain-lain.

"Yang memprihatinkan, penyebar berita bohong tidak hanya oleh mereka yang memiliki literasi rendah, tetapi juga orang berpendidikan yang itu memiliki titel-titel hebat. Karena ini semuanya harus hati-hari agar tak muncul konflik berkepanjangan," katanya.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Yudi Latif mengakui penyebar berita bohong adalah masyarakat berpendidikan karena perkembangan teknologi informasi yang tak bisa dihindari. 

"Yang menyedihkan saat ini orang juga cenderung berdusta untuk kepentingan sesaat. Orang tidak percaya satu sama lain. Orang-orang terlibat di sana tidak sedikit mereka yang terdidik," kata alumnus S3 Sosiologi Politik dan Komunikasi Australian National University tersebut. (*)
Video oleh : Fiqih A

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017