Tiwul identik dengan makanan orang desa. Menu tiwul ini juga menjadi makanan sehari-hari warga lereng Gunung Wilis Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Namun, siapa sangka makanan orang desa ini justru menjadi daya tarik tersendiri. Makanan ini justru paling dicari.
Di warung makan milik Bu Umi, yang berada di kawasan wisata air terjun Irenggolo, Dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri, tiwul menjadi menu andalan. Ada beragam olahan tiwul, baik tiwul yang dimasak kukus maupun digoreng. Nikmatnya sama.
Umi mengatakan, membuat tiwul harus telaten. Awalnya, singkong dijemur hingga kering, lalu dihancurkan dengan mesin hingga menjadi tepung, setelahnya dicampur air sedikit dan dibentuk hingga agak bergerindil, baru setelahnya dimasak.
Cara memasaknya sama dengan cara memasak nasi, dengan dikukus. Setelah matang, tiwul siap disajikan dengan aneka lauk serta sayur, maupun digoreng.
Umi mengatakan, para pembeli sering memesan tiwul goreng. Makanan ini disajikan dengan dimasak terlebih dahulu, agar hangat. Bumbu yang digunakan seperti layaknya bumbu nasi goreng pada umumnya, menggunakan cabai, bawang putih, bawang merah, dan aneka bumbu lainnya.
Sejumput sayuran dioseng dengan bumbu, lalu dimasukkan tiwul. Setelah diaduk beberapa lama, makanan ini siap disajikan di piring makan.
"Biasaya, ada yang memesan pakai telur goreng. Tapi, jika ingin lauk lain, juga tidak apa-apa," ucapnya.
Umi mengatakan, harga satu porsi tiwul goreng di tempatnya cukup terjangkau. Tiwul goreng saja hanya Rp7.000 per porsi dan jika ditambah dengan telur goreng harganya Rp10.000 per porsi. Namun, jika ingin menambah dengan aneka lauk dan sayur, harganya juga tidak sama.
Umi menyebut, para pembeli banyak yang ketagihan datang makan di warungnya. Kendati berada di lereng Gunung Wilis, tepatnya di kawasan wisata Irenggolo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri ini, pembeli selalu datang.
"Jika ingin makan tiwul goreng, dalam jumlah banyak biasanya mereka pesan dulu. Tinggal maunya pesan dengan lauk apa, kami sediakan. Ada juga misalnya yang ingin makan sate kambing. Kambing mereka yang membeli, kami tinggal mengolahnya," kata Umi.
Umi mengaku bersyukur. Kendati tempat jualannya di lereng gunung, selalu ada rejeki. Terlebih lagi, setiap akhir pekan di kawasan wisata ini selalu ramai dipadati pengunjung.
"Menu yang banyak dicari tiwul itu. Selain itu, nasi ampok (nasi jagung) juga banyak yang berminat," katanya.
Ia berharap, ke depan kawasan wisata ini akan semakin baik fasilitasnya, sehingga pengunjung akan semakin banyak yang datang ke tempat ini. Dengan itu pun, para pedagang seperti dirinya bisa lebih banyak mendapatkan rejeki.
Ayu, salah seorang pengunjung di tempat wisata itu mengaku tiwul menjadi menu istimewa saat berkunjung ke tempat ini. Selain tidak setiap hari memasaknya, makan di lereng gunung ini merupakan sensasi tersendiri.
"Tiwulnya baru digoreng, jadi hangat. Selain itu, pemandangannya juga sangat eksotis, jadi nikmat sekali makan di tempat ini," ujarnya.
Ia mengaku memang tidak rutin datang ke tempat wisata ini. Namun, jika ia ingin kuliner tiwul goreng, tempat ini menjadi rujukannya. Ia pun menilai, masakannya juga sangat nikmat.
"Ini saya bahkan membungkus, dibawa pulang. Rasanya enak," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017