Sampang (Antara Jatim) - Sejumlah aktivis mahasiswa di Kabupaten Sampang, Jawa Timur mengaku kesulitan mendapatkan buku referensi bahan bacaan kuliah, karena jumlah buku yang tersedia perpustaan umum setempat masih minim.

Selain jumlah buku yang tersedia sedikit, juga karena buku-buku di perpusataan umum Pemkab Sampang itu juga banyak yang hilang dan hingga saat ini belum diganti.

"Pemkab seharusnya juga memperhatikan kebutuhan buku, apalagi di Sampang ini sudah ada perguruan tinggi negeri yang mulai beroperasi, sehingga secara otomatis keberadaan buku-buku bacaan sangat dibutuhkan," kata komunitas mahasiswa yang tergabung dalam Pemuda Bangsal Bersatu (PBB) Sampang Abu Bakrin, saat audiensi dengan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Sampang, Selasa.

Ia menjelaskan, buku sebenarnya merupakan sumber ilmu pengetahun dan cerminan dari suatu daerah bahwa masyarakat terpelajar.

Daerah yang memiliki koleksi buku yang lengkap, menunjukkan masyarakat sebagai masyarakat yang suka membaca dan mau belajar untuk bisa lebih maju.

"Kalau referensi buku tidak cukup memadai, ya jangan harap masyarakat bisa maju, karena sebagaimana kita pahami, buku itu adalah sumber ilmu pengetahuan," katanya.

Oleh karenanya, PBB meminta agar Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Sampang menambah koleksi buku dari berbagai disiplin ilmu untuk memenuhi kebutuhan pelajar dan mahasiswa di wilayah itu.

Untuk mencegah terjadinya kasus pencurian, kelompok mahasiswa ini menyarankan agar diterapkan sistem komputerisasi.

"Sistem ini juga akan memudahkan para pengunjung untuk mencari jenis dan judul buku yang mereka inginkan," katanya, menjelaskan.

Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan setempat Harunur Rasyid mengakui memang banyak buku yang dipinjam tidak dikembalikan, pihaknya sudah mencoba menghubungi yang bersangkutan tetapi nomor telepon selulernya sudah tidak aktif.

"Ada sekitar 3.800 paket buku di perpustakaan umum di Sampang ini yang hilang, karena tidak dikembalikan oleh peminjam," katanya, menjelaskan.

Rasyid dalam kesempatan itu juga menjelaskan, ketersediaan buku di perpustakaan memang belum menjadi program perioritas Pemkab Sampang, dan oleh karenanya, anggaran yang disediakan pemkab masih sangat minim.

"Setiap tahun kami hanya diberi alokasi dana Rp150 juta untuk pengadaan buku baru, dan jumlah ini tentu sangat minim, mengingat jumlah buku yang perlu kami sediakan tidak sedikit," katanya.

Pihaknya juga menyampaikan terima kasih kepada mahasiswa, karena ikut peduli dengan kondisi perpustakaan di Kabupaten Sampang, yang menurut Hrunur Rasyid, jarang menjadi perhatian mahasiswa. (*)

Pewarta: Abd. Azis

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017