Situbondo (Antara Jatim) - Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama atau PWNU Jawa Timur KH Hasan MUtawakkil Alallah mengemukakan saat ini ada gerakan yang sengaja ingin mengendorkan ikatan nasionalisme bangsa di Indonesia.
     
"Ini tidak bisa dibiarkan. Gerakan ini muncul karena faktor globalisasi atau euforia dalam beragama yang mana agama dimaknai secara sempit, yakni bisanya cuma Allahu Akbar, tapi tidak bisa alhamdulillah," katanya saat memberi sambutan pada  pada "halaqoh ulama; Refleksi 33 Tahun Khittah NU" di Ponpes Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Kamis.
     
Pada kesempatan itu ia menegaskan bahwa NU sangat mendukung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
     
"NU dengan NKRI tidak main-main. NU selalu mendukung TNI dan Polri dalam memberantas pelaku tindak kriminal dan terosisme," katanya.
     
Sementara Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin yang juga hadir dalam halaqah ulama mengungkapkan posisi NU dalam aqidah maupun amaliah keagamaan serta kemasyarakatan.
     
"NU tidak tekstual, tapi juga tidka liberal. NU itu tidak statis pada teks-teks. Kita ini dinamis. Namun ada kritik kita dinamis yang kebablasan. Pada Munas NU di Surabaya kita tekanka lagi, walaupun dinamis tapi harus tetap pada relnya. Ini yang harus kita kuatkan dan luruskan," kata Ketua Umum MUI Pusat ini.
     
Ia juga mengingatkan sebagai organisai pergerakan, NU tidak mengambil posisi yang galam dan keras serta tidak memaksa-maksa, apalagi mengancam-ancam kepada pihak lain.
     
"Secara teologis Islam itu toleran dan secara praktis dalam bermasyarakat bangsa kita ini toleran," katanya. (*)

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Akhmad Munir


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017