Tulungagung (Antara Jatim) - KH Umar Syahid atau Mbah Umar Tumbu, kiai sepuh NU di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Rabu (4/1) malam sekitar pukul 22.00 WIB berpulang ke rahmatullah setelah hampir tiga hari tiga malam menjalani perawatan intensif di RSD Pacitan.

Ketua Pengurus Cabang NU Pacitan KH Mahmud di Pacitan, Kamis saat dikonfirmasi Antara menyatakan KH Umar Syahid telah dirundung penyakit dalam dan penurunan kesadaran akibat usia lanjut.

Mbah Umar Tumbu meninggal pada usia 114 tahun. Menurut KH Mahmud, tidak hanya umat muslim Pacitan yang berduka, kalangan nahdliyin dari berbagai daerah di Jatim, Jateng maupun daerah-daerah lain ikut kehilangan sosok kiai sepuh yang kharismatik dan disegani di tanah Jawa tersebut.

"Beliau termasuk waliulloh di Jawa. Kiai-kiai lain di tanah Jawa seperti Habib Luthfi dari Pekalongan hormat sama almarhum. Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono dan kiai-kiai yang datang ke Pacitan selalu silaturahmi ke kediaman Mbah Umar," tuturmnya.

KH Mahmud menyatakan berduka atas berpulangnya salah satu muhtasyar PCNU Pacitan tersebut.

Ia mengaku senantiasa mendampingi almarhum selama proses perawatan di rumah sakit hingga akhirnya meninggal dan dimakamkan di tempat asalnya di daerah Donorojo, Pacitan.

"Sebelum wafat, beliau sempat berwasiat agar kami benar-benar menjaga nama baik NU serta mempererat persatuan dan kesatuan," ujarnya.

Selain juga menjaga keselamatan keluarga masing-masing, kata Mahmud, almarhum juga berulang kali mengingatkan tokoh-tokoh nahdliyin yang membezuk dan menungguinya selama sakit agar menggiatkan kegiatan dakwah "Li-i'lai kalimatillah", yakni berdakwah yang dengan selalu mengagungkan nama Allah.

"Pesan terakhir itu selalu diucapkan dengan nada cukup jelas," ujarnya.

Sosok almarhum KH. Umar Syahid atau Mbah Umar Tumbu memang merupakan ulama sepuh yang sangat dihormati di kalangan warga NU, utamanya di Pacitan dan Jawa Timur.

Beberapa ulama yang pernah silaturahmi ke kediaman almarhum Mbah Umar mengaku terkesan dengan jamuan makan nasi dan lauk pauk yang selalu disediakan keluarga.

Kendati disegani oleh tokoh beraneka aliran, KH Umar Syahid tetap bersahaja.

Ia juga dikenal tidak pernah tergiur mendapat aliran bantuan, namun justru mewakafkan tanah di pesantrennya ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pacitan guna didirikan sekolah.

KH Umar Syahid merupakan santri sepuh dan teman satu kelas almarhim KH. Hamid Pasuruan di Pondok Pesantren, Tremas, Pacitan. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2017