Surabaya (Antara Jatim) - Bayi kembar siam dempet tali pusar (Omphalopagus) dengan Atresi Ani (tidak punya anus) asal Probolinggo, Desta Aminatuz Zahro dan Desty Aminatuz Zahro mengalami peningkatan berat badan dan mulai mengonsumsi asi donor pada hari keempat pasca pemisahan.

Ketua Tim Dokter Kembar Siam dr. Agus Harianto, SpA(K), di Surabaya, Jumat mengungkapkan kedua bayi sudah mampu beradaptasi dengan baik pasca operasi pemisahan.

"Ada sedikit peningkatan berat badan pada masing-masing bayi. Desta Aminatuz Zahro 1700 gram, padahal sebelum operasi 1200 gram. Sedangkan, bayi kedua, Desty kini memiliki berat 1.675 gram," ujar Agus.

Ketua Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) RSUD Dr. Soetomo itu mengatakan, Tim dokter juga memberikan oksigenisasi dan pemberian nutrisi lewat infus, serta perawatan oral care atau memberikan asupan ASI secara langsung melalui mulut bayi.

"Sejak kemarin kamis (29/12), secara bertahap dan pelan-pelan kami mulai menerapkan oral care, caranya dengan mengoleskan cairan ASI yang sudah diproses ke bibir bayi. Masing-masing sebanyak 1 cc saja," kata Agus.

Agus menerangkan, kenapa pemberian cairan ASI masih dibatasi, karena bayi prematur ini baru penyesuaian diri pada pencernaan bayi yang baru saja dilakukan rekonstruksi.

"ASI diberikan setiap enam jam sekali, seembari proses stabilisasi bayi yang masih melewati masa kritisnya," tambah Agus.

Dijelaskan Agus, dalam pemberian asupan glukosa protein dan mineral pada bayi Desta-Desty masih melalui infus. Sekaligus pemberian antibiotik untuk menyembuhkan infeksi pada stoma atau perutnya.

"Kita lakukan biar untuk merangsang maturasi saluran cerna sebagai pengenalan terhadap mereka. Selain itu, hal ini juga meningkatkan reflek mengisap bayi dan meningkatkan sistem imunitas tubuhnya," jelas Agus.

Sementara itu, ASI yang diberikan kepada Desta-Desty sendiri diperoleh dari seorang ibu pendonor yang juga telah disepakati atas persetujuan orang tua Desta-Desty.

Agus menambahkan, tim dokter juga mencari kesamaan pada kondisi ibu pendonor ASI, yakni pasien bersalin RSDS yang melahirkan bayi perempuan juga secara prematur.

"Kami carikan yang kondisinya hampir sama. Kebetulan ada pasien bersalin kami yang masih dirawat," kata Agus.

Agus menambahkan, sebelum memberikan ASI pihaknya telah ada kesepakatan antara Ibu pendonor dan ayah Desta-Desty,  tapi selanjutnya dia berharap keberadaan ibu bayi (Jumani) di sini untuk memberikan ASI.

Cairan ASI yang diberikan kepada Desta-Desty pun juga mengalami proses pasteurisasi demi menjamin keamanan dan sterilnya asupan itu. ASI terlebih dahulu dipanaskan sekitar 70 derajat selama 30 menit.

"Sebenarnya proses itu membuat kandungan protein sedikit berkurang, tapi demi keamanan dan sterilisasi bayi. Tapi proses itu hanya satu kali saja," pungkas Agus. (*)

Pewarta: willy irawan

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016