Surabaya, (Antara Jatim) - Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jawa Timur Taufik Saleh mengatakan penyaluran kredit ke sektor pertanian perlu didorong, karena minimnya perbankan dalam penyaluran ke sektor tersebut.

"Minimnya penyaluran kredit ke sektor pertanian yang terjadi saat ini tidak lepas dari risiko kredit macet (NPL) yang tinggi. Sebab, petani hanya mengandalkan panen musiman. Jika panen gagal maka kredit jelas akan tersendat," ucap Taufik, dalam diskusi ekonomi di Surabaya, Rabu.

Ia mengatakan, BI saat ini terus mendorong perbankan agar memperbesar penyaluran kredit ke sektor pertanian, karena sektor tersebut berkontribusi hingga 13 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Timur yang mencapai Rp1.382 triliun hingga triwulan III 2016.

Dikatakannya berdasarkan data penyaluran kredit, untuk sektor pertanian masih sangat rendah yakni hanya 2,5 persen saja, dari total penyaluran kredit perbankan di Jatim yang mencapai Rp383,7 triliun pada November 2016.

Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Surabaya Lutfi yang juga menjadi narasumber dalam diskusi itu mengakui apabila tidak ada dorongan penyaluran kredit, sektor pertanian pada tahun 2017 akan terancam turun.

"Kontribusi sektor pertanian pada PDRB Jatim saat ini masih kecil sekitar 13 persen, dan apabila tidak didorong, tahun 2017 akan semakin turun. Bahkan sejumlah bank sudah tidak mau memberikan kredit pada sektor tersebut," katanya.

Ia menduga, takutnya perbankan dalam menggenjot kredit sektor pertanian karena trauma yang terjadi pada 2014, yakni keberadaan kredit macetnya (NPL) mencapai 8 persen.

"NPL pada sektor pertanian memang pernah melambung hingga 8 persen pada tahun 2014 silam. Hal itu pula yang membuat perbankan seolah trauma untuk menyalurkan kredit ke sektor itu," katanya.

Untuk itu, Lutfi memberikan solusi agar perbankan menggenjot penyaluran kredit ke sektor pertanian dengan mengalihkan kredit pada produk olahan hasil pertanian, sehingga kinerja pertanian bisa ikut naik dan memberikan kontibusi PDRB lebih tinggi.

"Jadi, jangan hanya fokus ke pertaniannya saja. Dengan bagusnya industri olahan, maka kinerja pertanian otomatis ikut terkerek naik," katanya.

Ia juga meminta agar BI melibatkan Bank UMKM yang ada di beberapa pelosok desa untuk mendukung penyaluran kredit pertanian, sehingga peranan penyaluran tidak hanya fokus pada perbankan besar.

Sementara itu, Direktur Operasional PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim), Rudie Hadiono mengaku sangat mendukung agar sektor pertanian dibenahi sistem olahannya, untuk lebih menjanjikan penyaluran kredit daripada sektor pertanian tersebut.

"Dengan fokus pada sistem olahan yang baik, perbankan tak akan ragu untuk memberikan pinjaman. Karena itu, kami akan tunggu sekltor pertanian Jatim agar terus berbenah," katanya. (*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016