Frasa Om Toleran Om di atas meminjam "Om Telolet Om" yang kini tengah ngetren tak hanya di dalam negeri, namun juga di berbagai negara belahan dunia.
Ada satu meme yang membuat frasa "Telolet" diubah "Toleran" dan itu sangat mengena dan cocok karena belum lama ini diperingati Hari Kesetiakawanan Sosial (setiap 20 Desember).
Toleran, versi KBBI, artinya bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan, sifat atau sikap toleran berarti toleransi.
Nah, sifat inilah yang seolah kini menjadi ancaman bagi masyarakat. Isu-isu SARA menjadi bumbu untuk membuat toleransi menjadi "mahal".
Indonesia Sebagai bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku, ras, agama, budaya dan sebagainya. Pulau-pulaunya berjajar tak terhitung, bahasanya beraneka ragam, bahkan adatnya bermacam-macam.
Tapi, itu bukan alasan rakyatnya berbeda pula. Pancasila sebagai ideologi bangsa dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya, membuat negara ini utuh dan satu jua meski berbeda.
Hari besar agama hendaknya dijadikan momentum untuk hidup saling toleran. Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, Hari Natal, Waisak, Nyepi, Imlek dan apapun itu, sesungguhnya mengajarkan kita untuk hidup rukun.
Apapun agamanya, sangat tidak dibenarkan mengganggu apalagi mencela satu dengan yang lain. Kerukunan umat beragama menjadi harga mati, demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selain itu, banyak momentum di negeri ini yang membuktikan bahwa Indonesia satu. Belum lama ini, masuknya Timnas Indonesia ke babak semifinal dan final Piala AFF 2016, menunjukkan betapa tolerannya kita.
Tak peduli suporter asal Jakarta, asal Bandung, asal Solo, asal Surabaya, asal Malang, asal Makassar, asal Bali, asal Medan, asal Palembang, asal Papua dan lainnya, bersatu mendukung dan berdoa untuk skuad Garuda.
Hasilnya, Indonesia menang. Menang 2-1 melawan Vietnam dan imbang 2-2 di laga kedua, membuat Boaz Salosa dkk ke partai puncak, dan menang di final pertama, meski akhirnya kalah di final kedua di kandang Thailand. (skor 2-1 dan 0-2).
Di sisi lain, hikmah dari bencana alam di Indonesia ternyata juga menumbuhkan sikap toleran. Gempa bumi di Pidie Jaya, Aceh menjadi salah satu buktinya. Tak peduli bendera merah, kuning, biru, hijau, ungu, putih, semua bersatu dan seluruhnya berbaur.
Presiden RI Joko Widodo pada peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2016 di Palangka Raya, Kalimantan Tengah mengatakan pengalaman Bangsa Indonesia telah membuktikan kesetiakawanan sosial mampu menyelesaikan berbagai tantangan maupun persoalan yang pernah dihadapi.
Kesetiakawanan tersebut terlihat saat terjadi bencana alam seluruh komponen bangsa bergerak cepat membantu saudara-saudara yang menjadi korban.
Orang nomor satu di Republik ini menyebut bahwa hari kesetiakawanan sosial nasional sejatinya memperingati nilai-nilai asli bangsa Indonesia yang telah tertanam dalam diri Bangsa Indonesia jauh sebelum kemerdekaan, sebagaimana kemudian dirumuskan para pendiri bangsa ke dalam Pancasila.
Pertanyaannya, apakah tanpa Timnas lolos final dan bencana alam, kita tetap bisa mempertahankan sikap toleran? Jawabannya : Harus..!!
Jangan biarkan toleransi bangsa ini luntur dan masyarakatnya teradu domba, kemudian terpecah-belah dan menjadi bahan tertawaan bangsa lain.
Indonesia itu satu..Indonesia itu utuh...
"Om Toleran Om..."
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016