Kediri (Antara Jatim) - Manajemen Kampung Anggrek, anak perusahaan PT Sumber Sari Petung, di Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, saat ini masih fokus untuk memenuhi pasar lokal di Indonesia.

"Kami masih terus kembangkan bunga dengan proses persilangan, sehingga bisa menghasilan varian anggrek baru. Dari hasil persilangan itu, akan dibawa ke laboratorium, dikembangkan di laboratorium, jika tidak kecambang anggrek banyak tidak jadinya," kata Direktur Kampung Anggrek Kabupaten Kediri Zainudin di Kediri, Jumat.

Pihaknya mengatakan, perusahaan sudah fokus mengembangkan tanaman ini. Sejak dibuka 2015, sudah banyak koleksi bunga induk dari berbagai macam spesies, misalnya anggrek dendrobium, bulan, cattleya, vanda. Bahkan, juga terdapat spesies langka, salah satunya anggrek hitam.

Ia juga mengatakan, untuk memperbanyak tanaman ini, sengaja memanfaatkan laboratorium. Dengan itu, satu bunga bisa menghasilkan hingga 500 bibit sesuai dengan indukan dari bunga. Kapasitas laboratorium yang ada di lokasi bisa memroduksi hingga 1 juta per tahun.

Zainudin menyebut, saat ini pasar tanaman ini masih fokus untuk dalam negeri. Permintaan bunga ini cukup tinggi. Setiap bulan, permintaan bisa sekitar 2 ribu bunga untuk pasar Kediri dan sekitarnya, sementara pasar ke Jawa Tengah, maupun Jawa Barat bisa hingga 10 ribu bunga.

Namun, untuk saat ini permintaan belum sepenuhnya bisa dipenuhi. Selain masih fokus untuk pengembangan spesies tersebut, masa tumbuh bunga ini juga relatif lama, sekitar 18 bulan baru bisa berbunga.

Bukan hanya pasar dalam negeri, pasar luar negeri sebenarnya juga banyak permintaan, misalnya dari negara-negara di asia, Singapra, maupun Korea. Namun, karena produksi masih terbatas, untuk ekspor dimungkinkan baru bisa dilakukan di 2018.

"Kalau dirawat bagus, 18 bulan sudah berbunga. Saat ini, kami masih konsentrasi di pembibitan, untuk varian baru. Jadi, untuk pasarnya masih terbatas," katanya.

Pihaknya menambahkan, pasar bunga anggrek untuk ekspor masih terbuka luas. Bahkan, selama ini untuk bunga anggrek yang dikembangkan di luar negeri ternyata induknya dari Indonesia, dan setelah dikembangkan dikirim lagi ke Indonesia.

Karena pasar yang masih terbuka luas itu, saat ini manajemen berupaya keras untuk mengembangkan pasar tersebut. Selain kekurangan stok, para pengusaha bunga ini ternyata kebanyakan sudah tua, sementara anak-anak mereka tidak melanjutkan usaha ini.

Perusahaan juga mengajak serta para pengusaha untuk menekuni usaha tanaman ini. Pemerintah pun diharapkan juga peduli, dengan usaha ini, sehingga ke depan bisa menambah pendapatan untuk negara.

Untuk harga, Zainudin menyebut relatif terjangkau dan disesuaikan dengan jenisnya. Jenis dendrobium harganya relatif terjangkau antara Rp35-55 ribu per bunga, jenis anggrek bulan antara Rp70-Rp120 ribu per bunga. Untuk harga anggrek hitam relatif mahal, antara Rp200 ribu hingga 1,5 juta per bunga.

"Mengenai harga itu masih lebih murah dibanding impor. Namun, kekhawatiran kami, untuk regulasi itu harus teas, karantinanya. Kalau melalui prosedur yang benar, kemungkinan saja bibit penyakit yang berbahaya tidak masuk," katanya.

Hingga kini, untuk perawatan di industri itu ditangani delapan orang. Namun, jika sudah berkembang, nantinya direncanakan akan menambah tenaga lagi. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2016